Kamis, 17 November 2011

makalah ev.kurikulum

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Dalam Pengembangan kurikulum, evaluasi merupakan salah satu komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh pelaku pendidikan untuk mengetahui keefektifan kurikulum. Hasil yang diperoleh dapat dijadikan balikan (Feed back) bagi segenap pelaku pendidikan dalam memperbaiki dan menyempurnakan kurikulum.
Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan. Tujuan dan pola kehidupan suatu negara banyak ditentukan oleh sistem kurikulum yang digunakanya, mulai dari kurikulum Taman Kanak-Kanak sampai dengan kurikulum Perguruan Tinngi. Jika terjadi perubahan sistem ketatanegaraan, maka dapat berakibat padaperubahan sistem pemerintahan dan sistem pendidikan,bahkan sistem kurikulum yang berlaku.
Kurikulum adalah soal pilihan( Curriculum is a matter of choice ). Pilihan itu biasanya dilakukan oleh pemerintah .Pendidikan dan kurikulum di Indonesia, sejak dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi, baik formal, nonformal, maupun informal harus diarahkan dan disesuaikan dengan visi, misi, dan tujuan pendidkan Nasional yang tertua dalam UU. RI.NO 20 tahun 2003. Kurikulum pun harus dinamis, artinya kurikulum selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, tingkat kecerdasan peserta didik, kultur, sistem nilai, serta kebutuhan masyarakat.
Oleh sebab itu, para pengembang kurikulum termasuk guru harus memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang hal tersebut. Kurikulum harus selalu dimonitoring dan dievaluasi untuk perbaikan dan penyempurnaan. Setiap kali melakukan perbaikan dan penyempurnaan kurikulum belum tentu akan menghasilkan sesuatu yang baik karena kurikulum itu bersifat hipotesis.Maksudnya, baik tidaknya kurikulum akan dapat diketahui setelah dilaksanakan dilapangan. Perbaikan kurikulum diperlukan agar tidak lapuk ketinggalan zaman.Dalam hai ini, evaluasi kurikulum mutlak dilakukan demi kemajuan dan perkembangan kurikulum tersebut. Evaluasi kurikulum merupakan suatu tindakan pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu kurikulum, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu.
Dilihat dari berbagai konsep kurikulum, maka evaluasi mempunyai kedudukan yang sangat penting dan strategis. Dalam pengembangan kurikulum, evaluasi merupakan konsep yang melekat pada kurikulum. Evaluasi merupakan bagian integral dari kurikulum itu sendiri. Bagaimana mungkin suatu kurikulum dapat diketahui efektifitasnya bila tidak dilakukan evaluasi.


1.2 RUMUSAN MASALAH
Dalam penulisan makalah ini, team penulis merumuskan beberapa masalah yang berkaitan erat dengan judul yang digarap. Adapun beberapa rumusan masalah tersebut yaitu:
1. Apa itu pengertian Evaluasi Kurikulum?
2. Bagaimana Kedudukan Evaluasi dalam Kurikulum?
3.Apa Tujuan dan Fungsi Evaluasi Kurikulum?
4. Apa sajakah objek Evaluasi Kurikulum?
5. Bagaimankah Prinsip, jenis, dan desain Evaluasi Kurikulum?
6. Bagaimana Pendekatan Pengembangan Kriteria Evaluasi?
7. Apa sajakah model-model Evaluasi Kurikulum?
1.3 TUJUAN
Adapun beberapa tujuan dari penulisan makalah ini:
1. Untuk mengetahui Evaluasi Kurikulum.
2. Untuk mengetahui Kedudukan Evaluasi dalam Kurikulum,
3 Untuk mengetahui Tujuan dan Fungsi Evaluasi Kurikulum.
4. Untuk mengetahui objek Evaluasi Kurikulum.
5. Untuk mengetahui Prinsip, jenis, dan desain Evaluasi Kurikulum.
6. Untuk mengetahui Pendekatan Pengembangan Kriteria Evaluasi.
7. Untuk mengetahui model-model Evaluasi Kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam Bab ini team Penulis akan memaparkan beberapa teori serta masalah-masalah yang telah dirumuskan pada bab terdahulu.
2.1 PENGERTIAN EVALUASI KURIKULUM
Pemahaman mengenai pengertian evaluasi kurikulum dapat berbeda-beda sesuai dengan pengertian kurikulum yang bervariasi menurut para pakar kurikulum. Oleh karena itu penulis mencoba menjabarkan definisi dari evaluasi dan definisi dari kurikulum secara per kata sehingga lebih mudah untuk memahami evaluasi kurikulum.Pengertian evaluasi menurut joint committee, 1981 ialah penelitian yang sistematik atau yang teratur tentang manfaat atau guna beberapa obyek. Purwanto dan Atwi Suparman, 1999 mendefinisikan evaluasi adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliabel untuk membuat keputusan tentang suatu program. Rutman and Mowbray 1983 mendefinisikan evaluasi adalah penggunaan metode ilmiah untuk menilai implementasi dan outcomes suatu program yang berguna untuk proses membuat keputusan. Chelimsky 1989 mendefinisikan evaluasi adalah suatu metode penelitian yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program. Dari definisi evaluasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program.
Evaluasi Dan Kurikulum Merupakan 2 Disiplin Ilmu yang Berdiri Sendiri,Ada Pihak Yang Berpendapat Antara Keduanya Tidak Ada Hubungan,Tetapi Ada Pihak Lain Yang Menyatakan Keduanya Mempunyai Hubungan Yang Sangat Erat.Hubungan Tersebut Merpakan Hubungan Sebab Akibat,Perubahan Dalam Kurikulum Berpengaruh Pada Evaluasi Kurikulum,Sebaliknya Perubahan Evaluasi Perubahan Evaluasi Akan Memberi Warna Pada Pelaksanaan Kurikulum,Hubungan Antara Evaluasi Dengan Kurikulum Bersifat Organis Dan Prosesnya Berlangsung Secara Evolusioner.
R.A Becher,Seorang Ahli Pendidikan Dari Universitas Sussex Inggris Menyatakan Tiap Program Pengembangan Kurikulum Mempunyai Style Dan Karakteristik Tertentu, Dan Evaluasi Dari Program Tersebut Akan Memperhatikan Style Dan Karakteristik Yang Sama Pula ,Seorang Evaluator Akan Menyusun Program Evaluasi Kurikulum Sesuai Dengan Style Dan Karakteristik Yang Dikembangkannya.
Luas Atau Sempitnya Suatu Suatu Program Evaluasi Kurikulum Sebenarnya Ditentukan Oleh Tujuannya.Doll ( 1976 ) Mengemukakan Syarat-Syarat Suatu Program Evaluasi Kurikulum Yaitu Suatu Evaluasi Kurikulum Harus Nilai Dan Penilaian ,Punya Tujuan Atau Sasaran Yang Jelas,Bersifat Menyeluruh Dan Terus Menerus Berfungsi Diagnostik Dan Tevintegrasi.
Evaluasi Kurikulum Juga Bervariasi,Bergantung Pada Dimensi-Dimensi Yang Menjadi Fokus Evaluasi,Salah Satu Dimensi Yang Sering Mendapat Sorotan Adalah Kuantitas Dan Kualitas Konsep Kurikulum
Kurikulum Merupakan Daerah Studi Intelek Yang Cukup Luas.Banyak Teori Tentang Kurikulum,Beberapa Teori Menekankan Pada Rencana,Yang Lainnya Pada Inovasi Pada Dasar-Dasar Filosofis Dan Pada Konsep-Konsep Yang Diambil Dari Ilmu Prilaku Manusia.Secara Sederhana Kurikulum Dapat Diklasifikasikan Atas Teori -Teori Yang Lebih Menekankan Pada Isi Kurikulum,Pada Situasi Pendidikan Serta Pada Organisasi Kurikulum


Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran (out- comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran. Perencanaan tersebut disusun secara terstruktur untuk suatu bidang studi, sehingga memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan strategi pembelajaran (Materi di dalam kurikulum harus diorganisasikan dengan baik agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai;e. Sedangkan menurut Harsono (2005), kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang diekpresikan dalam praktik. Dalam bahasa latin, kurikulum berarti track atau jalur pacu. Saat ini definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi juga termasuk seluruh program pembelajaran yang terencana dari suatu institusi pendidikan.
Evaluasi kurikulum ini dapat mencakup keseluruhan kurikulum atau masing-masing komponen kurikulum seperti tujuan, isi, atau metode pembelajaran yang ada dalam kurikulum tersebut.Secara sederhana evaluasi kurikulum dapat disamakan dengan penelitian karena evaluasi kurikulum menggunakan penelitian yang sistematik, menerapkan prosedur ilmiah dan metode penelitian. Perbedaan antara evaluasi dan penelitian terletak pada tujuannya. Evaluasi bertujuan untuk menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk bahan penentuan keputusan mengenai kurikulum apakah akan direvisi atau diganti. Sedangkan penelitian memiliki tujuan yang lebih luas dari evaluasi yaitu menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk menguji teori atau membuat teori baru.
Fokus evaluasi kurikulum dapat dilakukan pada outcome dari kurikulum tersebut (outcomes based evaluation) dan juga dapat pada komponen kurikulum tersebut (intrinsic evaluation). Outcomes based evaluation merupakan fokus evaluasi kurikulum yang paling sering dilakukan. Pertanyaan yang muncul pada jenis evaluasi ini adalah “apakah kurikulum telah mencapai tujuan yang harus dicapainya?” dan “bagaimanakah pengaruh kurikulum terhadap suatu pencapaian yang diinginkan?”. Sedangkan fokus evaluasi intrinsic evaluation seperti evaluasi sarana prasarana penunjang kurikulum, evaluasi sumber daya manusia untuk menunjang kurikulum dan karakteristik mahasiswa yang menjalankan kurikulum tersebut.
Dari pengertian evaluasi dan kurikulum di atas maka penulis menyimpulkan bahwa pengertian evaluasi kurikulum adalah penelitian yang sistematik tentang manfaat, kesesuaian efektifitas dan efisiensi dari kurikulum yang diterapkan. Atau evaluasi kurikulum adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliable untuk membuat keputusan tentang kurikulum yang sedang berjalan atau telah dijalankan.

2.2 KEDUDUKAN EVALUASI DALAM KURIKULUM
Dilihat dari berbagai konsep kurikulum, maka evakuasi mempunyai kedudkan yang sanagt penting dan strategis. Evaluasi merupakan bagian integral dari kurikulum. Kedudukan evaluasi dalam kurikulum dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain:
2.2.1 Kurikulum adalah suatu program
Ciri suatu program adalah sistematik, sistemik, dan terrencana. Sistematik artinya keteraturan, yaitu kurikulum harus dilakukan dengan urutan langkah-langkah tertentu, mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi. Di dalam kurikulum terdapat berbagai komponen, antara lain tujuan, isi atau materi, metode, media, sumber belajar, evaluasi, peserta didik, lingkungan dan guru yang saling berhubungan dan ketergantungan satu sama lain serta berlangsung secara terencana, rasional, dan objektif. Suatu program terdiri atas serangkaian tindakan atau kejadian yang telah direncanakan dan disusun melalui proses pemikiran yang matang. Perncanaan kurikulum merupakan langkah pertama yang harus dilakukan dalam pengembangan kurikulum, kemudian dilaksanakan dalam situasi nyata.Untuk mengetahui kesesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan kurikulum, maka harus dilakukan evaluasi.
2.2.2 Guru sebagai Pengembang Kurikulum Perlu mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem kurikulum.
Ketika peserta didik selesai mengikuti kegiatan kurikulum, tentu mereka ingin mengetahui sejauh mana hasil yang dicapai. Untuk itu, guru harus melakukan kegiatan evaluasi . Dalam kurikulum terdapat proses sebab akibat. Guru yang me nyampaikan isi kurikulum merupakan penyebab utama bagi terjadinya prosses belajar peserta didik, meskipun tidak setia perbuatan belajar peserta didik merupakan akibat perbuatan guru menyampaikan isi kurikulum. Oleh Karena itu,guru sebagai figur sentral harus dapat memilih isi dan menetapkan strategi pengembangan kurikulum yang tepat sehingga dapat mendorong perbuatan belajar peserta didik yang aktif, kreatif, konstruktif, produktif, inovatif, dan efektif.
Dalam pengembangan kurikulum, guru akan melakukan kegiatan evaluasi, termasuk menilai proses dan hasil belajar yang berupa dampak pembelajaran. Peran peserta didik adalah melakukan kegiatan belajar, mencapai hasil belajar, dan menggunakan hasil belajar yang digolongkan sebagai dampak pengiring. Jika kegiatan kurikulum berakhir, berarti peserta didik memperoleh hasil belajar yang merupakan hasil interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Tindak mengajar tersebut tentu diakhiri dengan kegiatan evaluasi. Dari sisi peserta didik, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar merupakan dampak tindakan guru, sebagai bentuk penguasaan kompetensi. Hasil belajar tersebut dapat dibedakan menjadi dampak pembelajaran dan dampak pengiring. Dampak pembelajaran adalah hasil yang dapat di ukur, seperti yang terlihat dalam buku raport dan ijazah. Dampak pengiring adalah penerapan kompetensi dibidang lain yang merupakan transfer of learning. Dengan demikian, kedudukan evaluasi dapat dilihat sebagai salah satu komponen penting dalam sistem kurikulum bahkan sebagai salah satu prinsip kurikulum.
2.3 TUJUAN DAN FUNGSI EVALUASI KURIKULUM
2.3.1 Tujuan Evaluasi.
Tujuan Evaluasi kurikulum adalah untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem kurikulum, baik yang menyangkut tentang tujuan, isi atau materi, strategi, media, sumber belajar, lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri.
Evaluasi banyak digunakan dlam berbagai bidang dan kegiatan. Setiap bidang atau kegiatan mempunyai tujuan evaluasi yang berbeda.Dalam kegiatan bimbingan, misalnya, tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh informasi secara menyeleruh mengenai karakterisik peserta didik sehingga dapat diberikan bimbingan dengan sebaik-baiknya. Begitu juga dalam kegiatan supervisi, tujuan evaluasi adalah untuk menentukan keadaan situasi pendidikan atau pembelajaran sehingga dapat diusahkan langkah-langkah perbaikan untuk meningkatan mutu pendidikan di sekolah. Dalam kegiatan seleksi, tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai dari test untuk jenis pekerjaan atau jabatan tertentu.
2.3.2 Fungsi Evaluasi
Menurut Zainal Arifin (2009), fungsi Evaluasi dapat dilihat dari kebutuhan peserta didik dan guru, yaitu:
1. Secara Psikologis, peserta didik selalu butuh untuk mengetahui hingga mana kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Mereka masih menpunyai sikap dan moral yang heteronom, membutuhkan pendapat orang-orang dewasa sebagai pedoman baginya untuk mengadakan orientasi pada situasi tertentu.Pada umumnya mereka tidak berpegang pada pedoman yang berasal dari dalam dirinya, melainkan mengacu pada norma-norma yang berasal dari luar dirinya. Dalam kegiatan kurikulum, peserta didik perlu mengetahui tingkat ketercapaian sehingga ia merasakan kepuasan dan ketenangan
2. Secara Sosiologis, evaluasi berfungsi untuk mengetahui apakah peserta didik sudah cukup mampu untuk terjun ke masyarakat. Mampu dalam arti bahwa peserta didik dapat berkomunikasi dan beradaptasi terhadap seluruh lapisan masyarakat dengan segala karakteristiknya, bahkan peserta didik diharapkan dapat membina dan mengembangkan semua potensi yang ada dalam masyarakat. Hal ini penting karena mampu tidaknya peserta didik terjun ke masyarakat akan memberikan ukuran tersendiri terhadap institusi pendidikan yang bersangkutan
3. Secara didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam menempatkan peserta didik kepada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan kecakapanya masing-masing serta membantu guru dalam usaha memperbaiki kurikulum.
4. Evaluasi berfungsi untuk mengetahui status peserta didik diantara teman-temannya, apakah ia termasuk anak yang pandai, sedang atau kurang pandai.
5. Evaluasi berfungsi untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam menempuh program pendidikanya.
6. Evaluasi berfungsi membantu guru dalam memberikan bimbingan dan seleksi, baik dalam rangka menentukan jenis pendidikan, jurusan, maupun kenaikan kelas.
7. Secara Administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang kemajuan peserta didik kepada orangtua, pejabat pemerintah yang berwenang, kepala sekolah, guru dan peserta didik itu sendiri.
2.4 OBJEK EVALUASI KURIKULUM
Objek evaluasi harus berhubungan dengan kegiatan nyata dan telah terjadi karena tidak mungkin orang melakukan evaluasi terhadap sessuatu yang masih dalam pikiran teoretis atau angan-angan, kecuali orang tesebut melakukan penelitian. Objek evaluasi harus bertitik tolak dari tujuan evaluasi itu sendiri. Adapun Objek evaluasi pembelajaran adalah sebagai berikut:


1. Program pembelajaran, yang meliputi:
  • Tujuan pembelajaran umum atau kompetensi dasar, yaitu target yang harus dikuasai peserta didik dalam setiap pokok bahasan atau topic.
  • Materi, yaitu berupa topic atau pokok bahasan dan sub topic atau sub pokok bahasan beserta perincian dalam setiap bidang study atau mata pelajaran.
  • Metode pembelajaran: yaitu cara menyampaikan materi pelajaran, seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, pemecahan masalah, dan metode-metode lainya.
  • Media pembelajaran, yaitu alat-alat yang membantu untuk mempermudah guru dalam menyampaikan isi atau materi pelajaran.
  • Sumber belajar, yaitu meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar.
  • Lingkungan, terutama lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga.
  • Penilaian proses dan hasil belajar, baik yang menggunakan test maupun non-test
2. Proses pelaksanaan Pembelajaran, yang meliputi:
  • Kegiatan, yang meliputi jenis kegiatan, prosedur pelaksanaan setiap jenis kegiatan, sarana pendukung, efektifitas dan efisiensi.
  • Guru, terutama dalam hal menyampaikan materi, kesulitan-kesulitan guru, menciptakan suasan pembelajaran yang kondusif, menyiapkan alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan, membimbing peserta didik, menggunakan teknik penilaian, menerpakan disiplin kelas.
  • Peserta didik, terutama dalam hal peran serta peserta didik dalam kegiatan belajar dan bimbingan, memahami jenis kegiatan, mengerjakan tugas-tugas, perhatian, keaktifan, motivasi, sikap, minat, umpan balik, kesempatan dalam melaksanakan praktik dalam situasi nyata, kesulitan belajar, waktu belajar dan istirahat.
3. Hasil pembelajaran, yang meliputi:
  • Hasi pembelajaran dalam jangka pendek ( sesuai pencapaian indikator)
  • Hasil pembelajaran Jangka menengah( sesuai dengan target untuk setiap bidang studi/mata pelajaran)
  • Hasi pembelajaran jangka panjang ( setelah peserta didik terjun ke masyarakat)

2.5 PRINSIP, JENIS, DAN DESAIN EVALUASI KURIKULUM
2.5.1 Prinsip Evaluasi Kurikulum
Untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, maka evaluasi kurikulum harus memperhatikan prinsip – prinsip umum sebagai berikut:
  • Continuitas, artinya evaluasi tidak boleh dilakukan secara insidental karena kurikulum itu sendiri adalah suatu proses yang kontinu.
  • Comprehensif, artinya objek evaluasi harus diambil secara menyeleruh sebagai bahan evaluasi.
  • Adil dan Objektif, artinya proses evaluasi dan pengambilan keputusan hasil evaluasi harus dilakukan secara adil.
  • Cooperataif, artinya kegiatan evaluasi harus dilakukan atas kerja sama dengan semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan.
2.5.2 Jenis-jenis Evaluasi Kurikulum
Dillihat dari kurikulum sebagai suatu program, maka jenis evaluasi dapat dibagi menjadi lima jenis, yaitu:
  • Evaluasi perencanaan dan Pengembangan,
Hasil evaluasi ini sangat diperlukan untuk mendesain kurikulum. Sasaran utamanya adalah memberikan bantuan tahap awal dalam penyusunan kurikulum. Persoalan yang disoroti menyangkut kelayakan dan kebutuhan.
  • Evaluasi Monitoring, Evaluasi ini dimaksudkan untuk memeriksa apakah kurikulum mencapai sasaran secara efektif, dan apakah kurikulum terlaksana sebagaimana mestinya.
  • Evaluasi Dampak, evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh suatu kurikulum.
  • Evaluasi Efisiensi Ekonomis, evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai tingkat efisiensi kurikulum. Untuk itu, diperlukan perbandingan antara jumlah biaya, tenaga dan waktu yang diperlukan dalam kurikulum dengan kurikulum lainya yang memiliki tujuan yang sama.
  • Evaluasi program Comprehensif, evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai kurikulum secara menyeluruh, mulai dari perncanaan, pengembangan, implementasi, dampak, serta tingkat keefektifan dan efisiensi.
2.5.3 Desain Evaluasi Kurikulum.
Menurut OemarHamalik ( 2008 ), Desain evaluasi kurikulum meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
  1. Penetapan Garis Besar Penilaian.
  • Identifikasi tingkat perbuatan keputusan.
  • Menetapkan situasi keputusan bagi masing-masing tingkat kurikulum.
  • Merumuskan kriteria bagi setiap situasi dengan cara merinci variabel pengukuran dan standar dalam mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan.
  • Merumuskan kebijaksanaan untuk pelaksanaa evaluasi.
2. Pengumpulan Informasi,
  • Merinci sumber-sumber informasi.
  • Merinci instrumen dan metode pengumpulan informasi.
  • Merinci prosedur sampel
  • Merinci kondisi dan jadwal pengumpulan informasi
3. Organisasi Informasi,
  • Merinci format informasi
  • Merinci alat untuk penyusunan, penyimpanan, dan retrieving informasi.
4. Analisa Informasi,
  • Merinci prosedur analisis
  • Merinci alat untuk melaksanakan analisis
5. Laporan Informasi,
  • Menentukan penerima laporan
  • Meerinci alat untuk menyampaikan informasi
  • Merinci format laporan
  • Menetapkan jadwal pelaporan informasi

2.6 PENDEKATAN PENGEMBANGAN KRITERIA EVALUASI
Ada 2 Landasan pokok dalam pendekatan pengembangan kriteria evaluasi kurikulum, yaitu keterkaitan antara evaluasi dengan kurikulum itu sendiri, waktu ketika kriteria untuk evaluasi tersebut dikembangkan. Berdasarkan pemikiran diatas dan setelah dilakukan penyesuain dalam bidang evaluasi, S. Hamid Hasan dalam Zainal Arifin (2009), mengembangkan 4 kelompok pengembangan kriteria evaluasi yaitu:
2.6.1 Pendekatan Pre-Ordinate
Pengembangan kriteria ini banyak digunakan untuk kurikulum sebagai hasi belajar maupun kurikulum sebagai kegiatan. Jika evaluator ingin menggunakan pendekatan ini, maka harus diteliti terlebih dahulu karakteristik alat evaluasi yang ada tersebut dan membandingkannya dengan karakteristik kurikulum yang akan dievaluasinya
2.6.2 Pendekatan Fidelity
Pendekatan ini tidak menggunakan kriteria yang bersifat umum. Kriteria yang dikembangkan berasal dari kurikulum itu sendiri. Untuk menggunakan pendekatan ini, maka evaluator harus mengembangkan kriteri berdasarkan pressepsi para pengembang kurikulum. Kelemahan pendekatan ini antara lain:
  • Evaluasi tidak dapat membandingkan dua kurikulum atau lebih.
  • Tidak memberikan kemungkinan membandingkan dua kurikulum sama sekali
Sedangkan keuntunganya adalah,
  • Dapat digunakan untuk membandingkan kurikulum sebagai kegiatan di dua atau lebih tempat yang berbeda,
  • Hasil evaluasi benar-benar dapat menggambarkan kurikulum itu sendiri.
  • Informasi yang dikumpulkan oleh evaluator langsung dapat dipergunakan oleh para pengambil keputusan.
2.6.3 Pendekatan Gabungan
Evaluasi dengan pendekataan ini menggunakan sumber gabungan, yaitu suatu kriteria baik yang dikembangkan dari karakteristik kurikulum maupun dari luar. Berdasarkan pendekatan ini keberhasilan suatu implentasi kurikulum diukur menurut:
  • Keberhasilan mereka yang terlibat dalam pengembangan kurikulum.
  • Perubahan perliku baik dalam jenis maupun dalam besarnya yang terjadi pada para guru dan pelaksana administratif sebagaimana dinyatakan oleh para pengembang kurikulum.
  • Fidelity implementasi yang menyatakan seberapa jauh kurikulum sebagai rencana telah dilaksanakan dalam bentuk kurikulum sebagai kegiatan.
2.6.4 Pendekatan proses
Dalam aplikasi evaluasi kurikulum, pendekatan proses dapat dikatakan masih relatif baru jika dibandingkan dengan dua pendekatan linya (Pre-ordinate dan Fidelity). Karakteristik pendekatan proses, antar lain:
  • Kriteria yang dipergunakan untuk evaluasi tidak dikembangkan sebelum evaluator berada di lapangan.
  • Sangat peduli dengan masalah yang dihadapi oleh para pelaksana kurikulum di lapangan.
  • Sangat terkenal dengan penggunaan studi kasus untuk mendekati lapangan.
Mengembangkan kriteria di lapangan membuat tugas evaluator menjadi sangat berat karena:
  • Harus sensitif terhadap apa yang terjadi di lapangan
  • Harus banyak berdialog dengan orang-orang terlibat dalam kurikulum
  • Harus menjadi pengamat yang tajam mengenai kenyataan-kenyataan tidak pernah dipikirkan sebelumya
  • Harus menjadi “instrumen hidup” (Evaluator sebagai instrument)
2.7 MODEL –MODEL EVALUASI KURIKULUM
Dalam studi tentang evaluasi banyak sekali dijumpai model-model evaluasi dengan format atau sistematika yang berbeda, sekalipun dalam beberapa model ada juga yang sama. Zainal Arifin (2009) mengelompokan 10 model evaluasi yaitu:
1. Model Tyler
Model ini dibangun atas dua dasar pemikiran. Pertama, evaluasi ditujuhkan pada tingkah laku peserta didik. Kedua, evaluasi harus dilakukan pada tingka laku awal peserta didik sebelum melaksanakan kurikulum dan sesudah melaksanakan kurikulum ( hasil ). Penggunaan model ini memerlukan informasi perubahan tingkah laku terutama pada saat sebelum dan sesudah terjadinya pelaksanaan kurikulum atau istilah lain adalah test awal atau pre-test dan test akhir atau post-test. Model ini mensyaratkan validitas informasi pada test akhir.
2. Model Yang berorientasi pada Tujuan
Model ini dapat membantu guru menjelaskan rencana pelaksanaan kegiatan suatu kurikulum dengan proses pencapaian tujuan. Kelebihan model ini terletak pada hubungan antara tujuan dan kegiatan dan menekankan pada peserta didik sebagai aspek penting dalam kurikulum. Kekuranganya adalah memungkinkan terjadinya proses evaluasi melebihi konsekuensi yang tidak diharapkan.
3. Model Pengukuran ( R. Thorndike dan R.L Ebel )
Model ini digunakan untuk menentukan kuantitas suatu sifat tertentu yang dimiliki oleh objek, orang maupun peristiwa, dalam bentuk unit ukuran tertentu. Model ini telah diterapkan untuk mengungkapan perbedaan-perbedaan individual maupun kelompok dalam hal kemampuan, minat, dan sikap. Hasil evaluasi digunakan untuk keperluan seleksi peserta didik, bimbingan, dan perencanaan pendidikan.
4. Model Kesesuaian ( Ralph W. Tyler, Jhon B. Carrol, Lee J. Cronbach)
Model ini memandang evaluasi sebagai suatu kegiatan untuk melihat kesesuaian antara tujuan dengan hasil belajar yang telah dicapai. Hasil evaluasi telah digunakan untuk menyempurnakan sistem bimbingan peserta didik dan untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak yang memerlukan. Model ini menekankan pada pendekatan penilaian acuan patokan.
5. Model Evaluasi Sistem Pendidikan
Model ini menekankan sistem sebagai suatu keseluruhan dan merupakan penggabungan dari beberapa model seperti: model countenance dari staker, model CIPP ( Context, input, Process, Product) dan CDPP yaitu ( Context, Desaign, Process, Product) dari Stufflebeam; model Scriven yang meliputi instrumental evaluation and consequential evaluation; model provus yang meliputi desaign, operation program, interim product, dan terminal products, model EPICS ( Evaluative innovative curriculum), model CAMREL ( Central Midwestern regional educational laboratory) dari Howard Russel dan Lous Smith; dan model Atkinson.
6. Model Alkin ( Marvin Alkin, 1969)
Alkin mengemukan ada 5 jenis evaluasi: Pertama, sistem assesment yaitu untuk memberikan informasi tentang keadaaan atau posisi dari suatu sistem. Kedua, Program planning, yaitu untuk membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhan program. Ketiga, Program implementation yaitu untuk menyiapkan informasi apakah suatu program sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat sebagaimana yang telah direncanakan. Keempat, program improvement, yaitu memberikan informasi tentang bagaiman suatu program dapat berfungsi. Kelima, program Certification, yaitu memberikan informasi tentang nilai atau manfaat suatu program.
7. Model Brinkerhoff
Robert O. Brinkerhoff ( 1987 ) mengemukakan tiga jenis evaluasi yaitu:
  1. Fixed vs Emergent Evaluation Desaign
Evaluasi in ( fixed ) harus direncanakan dan disusun secara sistematik sebelum program dilaksanakan. Kegiatan- kegiatan evaluasi yang dilakukan dalam desain tetap ini antara lain menyusun pertanyaan-pertanyaan, instrument, menganalisis hasil evaluasi, dan melaporkanya secara formal kepada pihak yang berkepentingan.Sedangkan dalam desain evaluasi emergent, tujuannya adalah untuk beradaptasi dengan situasi yang sedang berlangsung dan berkembang, seperti menampung pendapat audiensi, masalah-masalah, dan kegiatan program.
  1. Formative vs Summative Evaluation ( Michael Scriven. 1967 )
Evaluasi formatif berfungsi untuk memperbaiki kurikulum sedangkan evaluasi summative berfungsi untuk melihat kemanfaatan kurikulum secara menyeluruh.
  1. Desain Experimental dan Desain Quasi Experimental vs Natural Inquiry)
Desain experimental banyak menggunakan pendekatan kuantitatif, random sampling, memberikan perlakuan, dan mengukur dampak. Tujuanya adalah untuk menilai manfaat hasil percobaan dari suatu kurikulum. Dalam desain evaluasi natural inquiry, evaluator banyak menghabiskan waktu untuk melakukan pengamatan dan wawancara dengan orang-orang yang telibat, juga dapat menggunakan teknik studi dokumentasi.
8. Model Illuminatif ( Malcom Parlett dan Hamilton )
Model ini menekankan pada evaluasi kualitatif terbuka. Kegiatan evaluasi dihubungkan dengan Learning milie, yaitu lingkungan sekolah sebagai lingkungan material dan psiko sosial, diman guru dan peserta didik dapat berinteraksi.Tujuan evaluasi adalah untuk menganalis pelaksanaan sistem, faktor-faktor yang mempengaruhinya, kelebihan dan kekurangan sistem, dan pengaruh sistem terhadap pengalaman belajar peserta didik.
9. Model Responsif
Kelebihan model ini ada peka terhadap berbagai pandangan dan kemampuanya mengakomodasi pendapat yang ambisius serta tidak fokus, sedangkan kekurangnya antara lain: pembuat keputusan sulit menentukan prioritas atau penyederhanaan informasi, tidak bisa menampung semua sudut pandang dari berbagai kelompok, dan membutuhkan waktu dan tenaga yang berlebihan.
10. Model Studi Kasus
Model ini memiliki beberapa karakteristik, antara lain:
  • Terfokus pada kegiatan kurikulum disuatu sekolah, dikelas atau bahkan hanya kepada seorang kepala sekolah atau guru.
  • Tidak mempersoalkan pemilihan sampel.
  • Hasil evaluasi hanya berlaku pada tempat evaluasi itu dilaksanakan.
  • Tidak ada generalisasi hasi evaluasi.
  • Data yang dikumpulkan terutama data kualitatif.
  • Adanya realitas yang tidak sepihak.

BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Evaluasi dan penilaian lebih bersifat komprehensif yang meliputi pengukuran, sedangkan test merupakan sala satu alat atau instrumen pengukuran. Pengukuran menggambarkan hal-hal yang bersifat kuantitatif, sedangkan evaluasi dan penilaian lebih bersifat kualitatif. Evaluasi dan penilaian pada hakikatnya merupakan suatu proses membuat keputusan tentang nilai suatu objek.Keputusan penilaian tidak hanya didasarkan pada hasil pengukuran, tetapi dapat pula didasarkan pada hasil pengamatan dan wawancara. Dalam konteks sistem kurikulum, istilah yang tepat digunakan adalah evaluasi, yaitu evaluasi kurikulum. Dengan demikian evaluasi kurikulum adalah suatu tindakan pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu kurikulum, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu sebagai bentuk akuntabilitas pengembang kurikulum dalam rangka menentukan keefektifan kurikulum, sedangkan penilain hasil belajar adalah suatu kegiatan pengumpulan, pengolahan, penafsiran, informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentuuntuk membuat suatu keputusan.
3.2 SARAN
Evaluasi kurikulum merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan dari rencana pendidikan. Oleh karena itu, team penulis menyarankan kepada:
  • Pemerintah: Agar dalam melaksanakan evaluasi kurikulum benar-benar berdasarkan situasi dan kondisi yang dihadapi guru,dosen,peserta didik dan masyarakat.
  • Bagi Guru & dosen agar lebih kreatif, efektif dan efisien memahami kurikulum secara detail dan dalam pelaksanaan tidak menyimpang dari tujuan evaluasi kurikulum.
  • Bagi masyarakat untuk selalu mendukung demi kemajuan dalam bidang pendidikan di Indonesia


DAFTAR PUSTAKA
Arifin Zainal, (2011) Konsep dan Model pengembangan Kurikulum, Bandung: Rosda
Munthe Bermawi, (2009 ) Desain Pembelajaran, Jogjakarta: Pustaka Insan Madani.
Lindeman, M ( 2007) Program evaluation. (www.tedi.uq.edu.a.u/conference) diakses
15 Nov.2011/ 11.55






BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Dalam Pengembangan kurikulum, evaluasi merupakan salah satu komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh pelaku pendidikan untuk mengetahui keefektifan kurikulum. Hasil yang diperoleh dapat dijadikan balikan (Feed back) bagi segenap pelaku pendidikan dalam memperbaiki dan menyempurnakan kurikulum.
Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan. Tujuan dan pola kehidupan suatu negara banyak ditentukan oleh sistem kurikulum yang digunakanya, mulai dari kurikulum Taman Kanak-Kanak sampai dengan kurikulum Perguruan Tinngi. Jika terjadi perubahan sistem ketatanegaraan, maka dapat berakibat padaperubahan sistem pemerintahan dan sistem pendidikan,bahkan sistem kurikulum yang berlaku.
Kurikulum adalah soal pilihan( Curriculum is a matter of choice ). Pilihan itu biasanya dilakukan oleh pemerintah .Pendidikan dan kurikulum di Indonesia, sejak dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi, baik formal, nonformal, maupun informal harus diarahkan dan disesuaikan dengan visi, misi, dan tujuan pendidkan Nasional yang tertua dalam UU. RI.NO 20 tahun 2003. Kurikulum pun harus dinamis, artinya kurikulum selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, tingkat kecerdasan peserta didik, kultur, sistem nilai, serta kebutuhan masyarakat.
Oleh sebab itu, para pengembang kurikulum termasuk guru harus memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang hal tersebut. Kurikulum harus selalu dimonitoring dan dievaluasi untuk perbaikan dan penyempurnaan. Setiap kali melakukan perbaikan dan penyempurnaan kurikulum belum tentu akan menghasilkan sesuatu yang baik karena kurikulum itu bersifat hipotesis.Maksudnya, baik tidaknya kurikulum akan dapat diketahui setelah dilaksanakan dilapangan. Perbaikan kurikulum diperlukan agar tidak lapuk ketinggalan zaman.Dalam hai ini, evaluasi kurikulum mutlak dilakukan demi kemajuan dan perkembangan kurikulum tersebut. Evaluasi kurikulum merupakan suatu tindakan pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu kurikulum, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu.
Dilihat dari berbagai konsep kurikulum, maka evaluasi mempunyai kedudukan yang sangat penting dan strategis. Dalam pengembangan kurikulum, evaluasi merupakan konsep yang melekat pada kurikulum. Evaluasi merupakan bagian integral dari kurikulum itu sendiri. Bagaimana mungkin suatu kurikulum dapat diketahui efektifitasnya bila tidak dilakukan evaluasi.


1.2 RUMUSAN MASALAH
Dalam penulisan makalah ini, team penulis merumuskan beberapa masalah yang berkaitan erat dengan judul yang digarap. Adapun beberapa rumusan masalah tersebut yaitu:
1. Apa itu pengertian Evaluasi Kurikulum?
2. Bagaimana Kedudukan Evaluasi dalam Kurikulum?
3.Apa Tujuan dan Fungsi Evaluasi Kurikulum?
4. Apa sajakah objek Evaluasi Kurikulum?
5. Bagaimankah Prinsip, jenis, dan desain Evaluasi Kurikulum?
6. Bagaimana Pendekatan Pengembangan Kriteria Evaluasi?
7. Apa sajakah model-model Evaluasi Kurikulum?
1.3 TUJUAN
Adapun beberapa tujuan dari penulisan makalah ini:
1. Untuk mengetahui Evaluasi Kurikulum.
2. Untuk mengetahui Kedudukan Evaluasi dalam Kurikulum,
3 Untuk mengetahui Tujuan dan Fungsi Evaluasi Kurikulum.
4. Untuk mengetahui objek Evaluasi Kurikulum.
5. Untuk mengetahui Prinsip, jenis, dan desain Evaluasi Kurikulum.
6. Untuk mengetahui Pendekatan Pengembangan Kriteria Evaluasi.
7. Untuk mengetahui model-model Evaluasi Kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam Bab ini team Penulis akan memaparkan beberapa teori serta masalah-masalah yang telah dirumuskan pada bab terdahulu.
2.1 PENGERTIAN EVALUASI KURIKULUM
Pemahaman mengenai pengertian evaluasi kurikulum dapat berbeda-beda sesuai dengan pengertian kurikulum yang bervariasi menurut para pakar kurikulum. Oleh karena itu penulis mencoba menjabarkan definisi dari evaluasi dan definisi dari kurikulum secara per kata sehingga lebih mudah untuk memahami evaluasi kurikulum.Pengertian evaluasi menurut joint committee, 1981 ialah penelitian yang sistematik atau yang teratur tentang manfaat atau guna beberapa obyek. Purwanto dan Atwi Suparman, 1999 mendefinisikan evaluasi adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliabel untuk membuat keputusan tentang suatu program. Rutman and Mowbray 1983 mendefinisikan evaluasi adalah penggunaan metode ilmiah untuk menilai implementasi dan outcomes suatu program yang berguna untuk proses membuat keputusan. Chelimsky 1989 mendefinisikan evaluasi adalah suatu metode penelitian yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program. Dari definisi evaluasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program.
Evaluasi Dan Kurikulum Merupakan 2 Disiplin Ilmu yang Berdiri Sendiri,Ada Pihak Yang Berpendapat Antara Keduanya Tidak Ada Hubungan,Tetapi Ada Pihak Lain Yang Menyatakan Keduanya Mempunyai Hubungan Yang Sangat Erat.Hubungan Tersebut Merpakan Hubungan Sebab Akibat,Perubahan Dalam Kurikulum Berpengaruh Pada Evaluasi Kurikulum,Sebaliknya Perubahan Evaluasi Perubahan Evaluasi Akan Memberi Warna Pada Pelaksanaan Kurikulum,Hubungan Antara Evaluasi Dengan Kurikulum Bersifat Organis Dan Prosesnya Berlangsung Secara Evolusioner.
R.A Becher,Seorang Ahli Pendidikan Dari Universitas Sussex Inggris Menyatakan Tiap Program Pengembangan Kurikulum Mempunyai Style Dan Karakteristik Tertentu, Dan Evaluasi Dari Program Tersebut Akan Memperhatikan Style Dan Karakteristik Yang Sama Pula ,Seorang Evaluator Akan Menyusun Program Evaluasi Kurikulum Sesuai Dengan Style Dan Karakteristik Yang Dikembangkannya.
Luas Atau Sempitnya Suatu Suatu Program Evaluasi Kurikulum Sebenarnya Ditentukan Oleh Tujuannya.Doll ( 1976 ) Mengemukakan Syarat-Syarat Suatu Program Evaluasi Kurikulum Yaitu Suatu Evaluasi Kurikulum Harus Nilai Dan Penilaian ,Punya Tujuan Atau Sasaran Yang Jelas,Bersifat Menyeluruh Dan Terus Menerus Berfungsi Diagnostik Dan Tevintegrasi.
Evaluasi Kurikulum Juga Bervariasi,Bergantung Pada Dimensi-Dimensi Yang Menjadi Fokus Evaluasi,Salah Satu Dimensi Yang Sering Mendapat Sorotan Adalah Kuantitas Dan Kualitas Konsep Kurikulum
Kurikulum Merupakan Daerah Studi Intelek Yang Cukup Luas.Banyak Teori Tentang Kurikulum,Beberapa Teori Menekankan Pada Rencana,Yang Lainnya Pada Inovasi Pada Dasar-Dasar Filosofis Dan Pada Konsep-Konsep Yang Diambil Dari Ilmu Prilaku Manusia.Secara Sederhana Kurikulum Dapat Diklasifikasikan Atas Teori -Teori Yang Lebih Menekankan Pada Isi Kurikulum,Pada Situasi Pendidikan Serta Pada Organisasi Kurikulum


Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran (out- comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran. Perencanaan tersebut disusun secara terstruktur untuk suatu bidang studi, sehingga memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan strategi pembelajaran (Materi di dalam kurikulum harus diorganisasikan dengan baik agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai;e. Sedangkan menurut Harsono (2005), kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang diekpresikan dalam praktik. Dalam bahasa latin, kurikulum berarti track atau jalur pacu. Saat ini definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi juga termasuk seluruh program pembelajaran yang terencana dari suatu institusi pendidikan.
Evaluasi kurikulum ini dapat mencakup keseluruhan kurikulum atau masing-masing komponen kurikulum seperti tujuan, isi, atau metode pembelajaran yang ada dalam kurikulum tersebut.Secara sederhana evaluasi kurikulum dapat disamakan dengan penelitian karena evaluasi kurikulum menggunakan penelitian yang sistematik, menerapkan prosedur ilmiah dan metode penelitian. Perbedaan antara evaluasi dan penelitian terletak pada tujuannya. Evaluasi bertujuan untuk menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk bahan penentuan keputusan mengenai kurikulum apakah akan direvisi atau diganti. Sedangkan penelitian memiliki tujuan yang lebih luas dari evaluasi yaitu menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk menguji teori atau membuat teori baru.
Fokus evaluasi kurikulum dapat dilakukan pada outcome dari kurikulum tersebut (outcomes based evaluation) dan juga dapat pada komponen kurikulum tersebut (intrinsic evaluation). Outcomes based evaluation merupakan fokus evaluasi kurikulum yang paling sering dilakukan. Pertanyaan yang muncul pada jenis evaluasi ini adalah “apakah kurikulum telah mencapai tujuan yang harus dicapainya?” dan “bagaimanakah pengaruh kurikulum terhadap suatu pencapaian yang diinginkan?”. Sedangkan fokus evaluasi intrinsic evaluation seperti evaluasi sarana prasarana penunjang kurikulum, evaluasi sumber daya manusia untuk menunjang kurikulum dan karakteristik mahasiswa yang menjalankan kurikulum tersebut.
Dari pengertian evaluasi dan kurikulum di atas maka penulis menyimpulkan bahwa pengertian evaluasi kurikulum adalah penelitian yang sistematik tentang manfaat, kesesuaian efektifitas dan efisiensi dari kurikulum yang diterapkan. Atau evaluasi kurikulum adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliable untuk membuat keputusan tentang kurikulum yang sedang berjalan atau telah dijalankan.

2.2 KEDUDUKAN EVALUASI DALAM KURIKULUM
Dilihat dari berbagai konsep kurikulum, maka evakuasi mempunyai kedudkan yang sanagt penting dan strategis. Evaluasi merupakan bagian integral dari kurikulum. Kedudukan evaluasi dalam kurikulum dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain:
2.2.1 Kurikulum adalah suatu program
Ciri suatu program adalah sistematik, sistemik, dan terrencana. Sistematik artinya keteraturan, yaitu kurikulum harus dilakukan dengan urutan langkah-langkah tertentu, mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi. Di dalam kurikulum terdapat berbagai komponen, antara lain tujuan, isi atau materi, metode, media, sumber belajar, evaluasi, peserta didik, lingkungan dan guru yang saling berhubungan dan ketergantungan satu sama lain serta berlangsung secara terencana, rasional, dan objektif. Suatu program terdiri atas serangkaian tindakan atau kejadian yang telah direncanakan dan disusun melalui proses pemikiran yang matang. Perncanaan kurikulum merupakan langkah pertama yang harus dilakukan dalam pengembangan kurikulum, kemudian dilaksanakan dalam situasi nyata.Untuk mengetahui kesesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan kurikulum, maka harus dilakukan evaluasi.
2.2.2 Guru sebagai Pengembang Kurikulum Perlu mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem kurikulum.
Ketika peserta didik selesai mengikuti kegiatan kurikulum, tentu mereka ingin mengetahui sejauh mana hasil yang dicapai. Untuk itu, guru harus melakukan kegiatan evaluasi . Dalam kurikulum terdapat proses sebab akibat. Guru yang me nyampaikan isi kurikulum merupakan penyebab utama bagi terjadinya prosses belajar peserta didik, meskipun tidak setia perbuatan belajar peserta didik merupakan akibat perbuatan guru menyampaikan isi kurikulum. Oleh Karena itu,guru sebagai figur sentral harus dapat memilih isi dan menetapkan strategi pengembangan kurikulum yang tepat sehingga dapat mendorong perbuatan belajar peserta didik yang aktif, kreatif, konstruktif, produktif, inovatif, dan efektif.
Dalam pengembangan kurikulum, guru akan melakukan kegiatan evaluasi, termasuk menilai proses dan hasil belajar yang berupa dampak pembelajaran. Peran peserta didik adalah melakukan kegiatan belajar, mencapai hasil belajar, dan menggunakan hasil belajar yang digolongkan sebagai dampak pengiring. Jika kegiatan kurikulum berakhir, berarti peserta didik memperoleh hasil belajar yang merupakan hasil interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Tindak mengajar tersebut tentu diakhiri dengan kegiatan evaluasi. Dari sisi peserta didik, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar merupakan dampak tindakan guru, sebagai bentuk penguasaan kompetensi. Hasil belajar tersebut dapat dibedakan menjadi dampak pembelajaran dan dampak pengiring. Dampak pembelajaran adalah hasil yang dapat di ukur, seperti yang terlihat dalam buku raport dan ijazah. Dampak pengiring adalah penerapan kompetensi dibidang lain yang merupakan transfer of learning. Dengan demikian, kedudukan evaluasi dapat dilihat sebagai salah satu komponen penting dalam sistem kurikulum bahkan sebagai salah satu prinsip kurikulum.
2.3 TUJUAN DAN FUNGSI EVALUASI KURIKULUM
2.3.1 Tujuan Evaluasi.
Tujuan Evaluasi kurikulum adalah untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem kurikulum, baik yang menyangkut tentang tujuan, isi atau materi, strategi, media, sumber belajar, lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri.
Evaluasi banyak digunakan dlam berbagai bidang dan kegiatan. Setiap bidang atau kegiatan mempunyai tujuan evaluasi yang berbeda.Dalam kegiatan bimbingan, misalnya, tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh informasi secara menyeleruh mengenai karakterisik peserta didik sehingga dapat diberikan bimbingan dengan sebaik-baiknya. Begitu juga dalam kegiatan supervisi, tujuan evaluasi adalah untuk menentukan keadaan situasi pendidikan atau pembelajaran sehingga dapat diusahkan langkah-langkah perbaikan untuk meningkatan mutu pendidikan di sekolah. Dalam kegiatan seleksi, tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai dari test untuk jenis pekerjaan atau jabatan tertentu.
2.3.2 Fungsi Evaluasi
Menurut Zainal Arifin (2009), fungsi Evaluasi dapat dilihat dari kebutuhan peserta didik dan guru, yaitu:
1. Secara Psikologis, peserta didik selalu butuh untuk mengetahui hingga mana kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Mereka masih menpunyai sikap dan moral yang heteronom, membutuhkan pendapat orang-orang dewasa sebagai pedoman baginya untuk mengadakan orientasi pada situasi tertentu.Pada umumnya mereka tidak berpegang pada pedoman yang berasal dari dalam dirinya, melainkan mengacu pada norma-norma yang berasal dari luar dirinya. Dalam kegiatan kurikulum, peserta didik perlu mengetahui tingkat ketercapaian sehingga ia merasakan kepuasan dan ketenangan
2. Secara Sosiologis, evaluasi berfungsi untuk mengetahui apakah peserta didik sudah cukup mampu untuk terjun ke masyarakat. Mampu dalam arti bahwa peserta didik dapat berkomunikasi dan beradaptasi terhadap seluruh lapisan masyarakat dengan segala karakteristiknya, bahkan peserta didik diharapkan dapat membina dan mengembangkan semua potensi yang ada dalam masyarakat. Hal ini penting karena mampu tidaknya peserta didik terjun ke masyarakat akan memberikan ukuran tersendiri terhadap institusi pendidikan yang bersangkutan
3. Secara didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam menempatkan peserta didik kepada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan kecakapanya masing-masing serta membantu guru dalam usaha memperbaiki kurikulum.
4. Evaluasi berfungsi untuk mengetahui status peserta didik diantara teman-temannya, apakah ia termasuk anak yang pandai, sedang atau kurang pandai.
5. Evaluasi berfungsi untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam menempuh program pendidikanya.
6. Evaluasi berfungsi membantu guru dalam memberikan bimbingan dan seleksi, baik dalam rangka menentukan jenis pendidikan, jurusan, maupun kenaikan kelas.
7. Secara Administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang kemajuan peserta didik kepada orangtua, pejabat pemerintah yang berwenang, kepala sekolah, guru dan peserta didik itu sendiri.
2.4 OBJEK EVALUASI KURIKULUM
Objek evaluasi harus berhubungan dengan kegiatan nyata dan telah terjadi karena tidak mungkin orang melakukan evaluasi terhadap sessuatu yang masih dalam pikiran teoretis atau angan-angan, kecuali orang tesebut melakukan penelitian. Objek evaluasi harus bertitik tolak dari tujuan evaluasi itu sendiri. Adapun Objek evaluasi pembelajaran adalah sebagai berikut:


1. Program pembelajaran, yang meliputi:
  • Tujuan pembelajaran umum atau kompetensi dasar, yaitu target yang harus dikuasai peserta didik dalam setiap pokok bahasan atau topic.
  • Materi, yaitu berupa topic atau pokok bahasan dan sub topic atau sub pokok bahasan beserta perincian dalam setiap bidang study atau mata pelajaran.
  • Metode pembelajaran: yaitu cara menyampaikan materi pelajaran, seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, pemecahan masalah, dan metode-metode lainya.
  • Media pembelajaran, yaitu alat-alat yang membantu untuk mempermudah guru dalam menyampaikan isi atau materi pelajaran.
  • Sumber belajar, yaitu meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar.
  • Lingkungan, terutama lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga.
  • Penilaian proses dan hasil belajar, baik yang menggunakan test maupun non-test
2. Proses pelaksanaan Pembelajaran, yang meliputi:
  • Kegiatan, yang meliputi jenis kegiatan, prosedur pelaksanaan setiap jenis kegiatan, sarana pendukung, efektifitas dan efisiensi.
  • Guru, terutama dalam hal menyampaikan materi, kesulitan-kesulitan guru, menciptakan suasan pembelajaran yang kondusif, menyiapkan alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan, membimbing peserta didik, menggunakan teknik penilaian, menerpakan disiplin kelas.
  • Peserta didik, terutama dalam hal peran serta peserta didik dalam kegiatan belajar dan bimbingan, memahami jenis kegiatan, mengerjakan tugas-tugas, perhatian, keaktifan, motivasi, sikap, minat, umpan balik, kesempatan dalam melaksanakan praktik dalam situasi nyata, kesulitan belajar, waktu belajar dan istirahat.
3. Hasil pembelajaran, yang meliputi:
  • Hasi pembelajaran dalam jangka pendek ( sesuai pencapaian indikator)
  • Hasil pembelajaran Jangka menengah( sesuai dengan target untuk setiap bidang studi/mata pelajaran)
  • Hasi pembelajaran jangka panjang ( setelah peserta didik terjun ke masyarakat)

2.5 PRINSIP, JENIS, DAN DESAIN EVALUASI KURIKULUM
2.5.1 Prinsip Evaluasi Kurikulum
Untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, maka evaluasi kurikulum harus memperhatikan prinsip – prinsip umum sebagai berikut:
  • Continuitas, artinya evaluasi tidak boleh dilakukan secara insidental karena kurikulum itu sendiri adalah suatu proses yang kontinu.
  • Comprehensif, artinya objek evaluasi harus diambil secara menyeleruh sebagai bahan evaluasi.
  • Adil dan Objektif, artinya proses evaluasi dan pengambilan keputusan hasil evaluasi harus dilakukan secara adil.
  • Cooperataif, artinya kegiatan evaluasi harus dilakukan atas kerja sama dengan semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan.
2.5.2 Jenis-jenis Evaluasi Kurikulum
Dillihat dari kurikulum sebagai suatu program, maka jenis evaluasi dapat dibagi menjadi lima jenis, yaitu:
  • Evaluasi perencanaan dan Pengembangan,
Hasil evaluasi ini sangat diperlukan untuk mendesain kurikulum. Sasaran utamanya adalah memberikan bantuan tahap awal dalam penyusunan kurikulum. Persoalan yang disoroti menyangkut kelayakan dan kebutuhan.
  • Evaluasi Monitoring, Evaluasi ini dimaksudkan untuk memeriksa apakah kurikulum mencapai sasaran secara efektif, dan apakah kurikulum terlaksana sebagaimana mestinya.
  • Evaluasi Dampak, evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh suatu kurikulum.
  • Evaluasi Efisiensi Ekonomis, evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai tingkat efisiensi kurikulum. Untuk itu, diperlukan perbandingan antara jumlah biaya, tenaga dan waktu yang diperlukan dalam kurikulum dengan kurikulum lainya yang memiliki tujuan yang sama.
  • Evaluasi program Comprehensif, evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai kurikulum secara menyeluruh, mulai dari perncanaan, pengembangan, implementasi, dampak, serta tingkat keefektifan dan efisiensi.
2.5.3 Desain Evaluasi Kurikulum.
Menurut OemarHamalik ( 2008 ), Desain evaluasi kurikulum meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
  1. Penetapan Garis Besar Penilaian.
  • Identifikasi tingkat perbuatan keputusan.
  • Menetapkan situasi keputusan bagi masing-masing tingkat kurikulum.
  • Merumuskan kriteria bagi setiap situasi dengan cara merinci variabel pengukuran dan standar dalam mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan.
  • Merumuskan kebijaksanaan untuk pelaksanaa evaluasi.
2. Pengumpulan Informasi,
  • Merinci sumber-sumber informasi.
  • Merinci instrumen dan metode pengumpulan informasi.
  • Merinci prosedur sampel
  • Merinci kondisi dan jadwal pengumpulan informasi
3. Organisasi Informasi,
  • Merinci format informasi
  • Merinci alat untuk penyusunan, penyimpanan, dan retrieving informasi.
4. Analisa Informasi,
  • Merinci prosedur analisis
  • Merinci alat untuk melaksanakan analisis
5. Laporan Informasi,
  • Menentukan penerima laporan
  • Meerinci alat untuk menyampaikan informasi
  • Merinci format laporan
  • Menetapkan jadwal pelaporan informasi

2.6 PENDEKATAN PENGEMBANGAN KRITERIA EVALUASI
Ada 2 Landasan pokok dalam pendekatan pengembangan kriteria evaluasi kurikulum, yaitu keterkaitan antara evaluasi dengan kurikulum itu sendiri, waktu ketika kriteria untuk evaluasi tersebut dikembangkan. Berdasarkan pemikiran diatas dan setelah dilakukan penyesuain dalam bidang evaluasi, S. Hamid Hasan dalam Zainal Arifin (2009), mengembangkan 4 kelompok pengembangan kriteria evaluasi yaitu:
2.6.1 Pendekatan Pre-Ordinate
Pengembangan kriteria ini banyak digunakan untuk kurikulum sebagai hasi belajar maupun kurikulum sebagai kegiatan. Jika evaluator ingin menggunakan pendekatan ini, maka harus diteliti terlebih dahulu karakteristik alat evaluasi yang ada tersebut dan membandingkannya dengan karakteristik kurikulum yang akan dievaluasinya
2.6.2 Pendekatan Fidelity
Pendekatan ini tidak menggunakan kriteria yang bersifat umum. Kriteria yang dikembangkan berasal dari kurikulum itu sendiri. Untuk menggunakan pendekatan ini, maka evaluator harus mengembangkan kriteri berdasarkan pressepsi para pengembang kurikulum. Kelemahan pendekatan ini antara lain:
  • Evaluasi tidak dapat membandingkan dua kurikulum atau lebih.
  • Tidak memberikan kemungkinan membandingkan dua kurikulum sama sekali
Sedangkan keuntunganya adalah,
  • Dapat digunakan untuk membandingkan kurikulum sebagai kegiatan di dua atau lebih tempat yang berbeda,
  • Hasil evaluasi benar-benar dapat menggambarkan kurikulum itu sendiri.
  • Informasi yang dikumpulkan oleh evaluator langsung dapat dipergunakan oleh para pengambil keputusan.
2.6.3 Pendekatan Gabungan
Evaluasi dengan pendekataan ini menggunakan sumber gabungan, yaitu suatu kriteria baik yang dikembangkan dari karakteristik kurikulum maupun dari luar. Berdasarkan pendekatan ini keberhasilan suatu implentasi kurikulum diukur menurut:
  • Keberhasilan mereka yang terlibat dalam pengembangan kurikulum.
  • Perubahan perliku baik dalam jenis maupun dalam besarnya yang terjadi pada para guru dan pelaksana administratif sebagaimana dinyatakan oleh para pengembang kurikulum.
  • Fidelity implementasi yang menyatakan seberapa jauh kurikulum sebagai rencana telah dilaksanakan dalam bentuk kurikulum sebagai kegiatan.
2.6.4 Pendekatan proses
Dalam aplikasi evaluasi kurikulum, pendekatan proses dapat dikatakan masih relatif baru jika dibandingkan dengan dua pendekatan linya (Pre-ordinate dan Fidelity). Karakteristik pendekatan proses, antar lain:
  • Kriteria yang dipergunakan untuk evaluasi tidak dikembangkan sebelum evaluator berada di lapangan.
  • Sangat peduli dengan masalah yang dihadapi oleh para pelaksana kurikulum di lapangan.
  • Sangat terkenal dengan penggunaan studi kasus untuk mendekati lapangan.
Mengembangkan kriteria di lapangan membuat tugas evaluator menjadi sangat berat karena:
  • Harus sensitif terhadap apa yang terjadi di lapangan
  • Harus banyak berdialog dengan orang-orang terlibat dalam kurikulum
  • Harus menjadi pengamat yang tajam mengenai kenyataan-kenyataan tidak pernah dipikirkan sebelumya
  • Harus menjadi “instrumen hidup” (Evaluator sebagai instrument)
2.7 MODEL –MODEL EVALUASI KURIKULUM
Dalam studi tentang evaluasi banyak sekali dijumpai model-model evaluasi dengan format atau sistematika yang berbeda, sekalipun dalam beberapa model ada juga yang sama. Zainal Arifin (2009) mengelompokan 10 model evaluasi yaitu:
1. Model Tyler
Model ini dibangun atas dua dasar pemikiran. Pertama, evaluasi ditujuhkan pada tingkah laku peserta didik. Kedua, evaluasi harus dilakukan pada tingka laku awal peserta didik sebelum melaksanakan kurikulum dan sesudah melaksanakan kurikulum ( hasil ). Penggunaan model ini memerlukan informasi perubahan tingkah laku terutama pada saat sebelum dan sesudah terjadinya pelaksanaan kurikulum atau istilah lain adalah test awal atau pre-test dan test akhir atau post-test. Model ini mensyaratkan validitas informasi pada test akhir.
2. Model Yang berorientasi pada Tujuan
Model ini dapat membantu guru menjelaskan rencana pelaksanaan kegiatan suatu kurikulum dengan proses pencapaian tujuan. Kelebihan model ini terletak pada hubungan antara tujuan dan kegiatan dan menekankan pada peserta didik sebagai aspek penting dalam kurikulum. Kekuranganya adalah memungkinkan terjadinya proses evaluasi melebihi konsekuensi yang tidak diharapkan.
3. Model Pengukuran ( R. Thorndike dan R.L Ebel )
Model ini digunakan untuk menentukan kuantitas suatu sifat tertentu yang dimiliki oleh objek, orang maupun peristiwa, dalam bentuk unit ukuran tertentu. Model ini telah diterapkan untuk mengungkapan perbedaan-perbedaan individual maupun kelompok dalam hal kemampuan, minat, dan sikap. Hasil evaluasi digunakan untuk keperluan seleksi peserta didik, bimbingan, dan perencanaan pendidikan.
4. Model Kesesuaian ( Ralph W. Tyler, Jhon B. Carrol, Lee J. Cronbach)
Model ini memandang evaluasi sebagai suatu kegiatan untuk melihat kesesuaian antara tujuan dengan hasil belajar yang telah dicapai. Hasil evaluasi telah digunakan untuk menyempurnakan sistem bimbingan peserta didik dan untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak yang memerlukan. Model ini menekankan pada pendekatan penilaian acuan patokan.
5. Model Evaluasi Sistem Pendidikan
Model ini menekankan sistem sebagai suatu keseluruhan dan merupakan penggabungan dari beberapa model seperti: model countenance dari staker, model CIPP ( Context, input, Process, Product) dan CDPP yaitu ( Context, Desaign, Process, Product) dari Stufflebeam; model Scriven yang meliputi instrumental evaluation and consequential evaluation; model provus yang meliputi desaign, operation program, interim product, dan terminal products, model EPICS ( Evaluative innovative curriculum), model CAMREL ( Central Midwestern regional educational laboratory) dari Howard Russel dan Lous Smith; dan model Atkinson.
6. Model Alkin ( Marvin Alkin, 1969)
Alkin mengemukan ada 5 jenis evaluasi: Pertama, sistem assesment yaitu untuk memberikan informasi tentang keadaaan atau posisi dari suatu sistem. Kedua, Program planning, yaitu untuk membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhan program. Ketiga, Program implementation yaitu untuk menyiapkan informasi apakah suatu program sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat sebagaimana yang telah direncanakan. Keempat, program improvement, yaitu memberikan informasi tentang bagaiman suatu program dapat berfungsi. Kelima, program Certification, yaitu memberikan informasi tentang nilai atau manfaat suatu program.
7. Model Brinkerhoff
Robert O. Brinkerhoff ( 1987 ) mengemukakan tiga jenis evaluasi yaitu:
  1. Fixed vs Emergent Evaluation Desaign
Evaluasi in ( fixed ) harus direncanakan dan disusun secara sistematik sebelum program dilaksanakan. Kegiatan- kegiatan evaluasi yang dilakukan dalam desain tetap ini antara lain menyusun pertanyaan-pertanyaan, instrument, menganalisis hasil evaluasi, dan melaporkanya secara formal kepada pihak yang berkepentingan.Sedangkan dalam desain evaluasi emergent, tujuannya adalah untuk beradaptasi dengan situasi yang sedang berlangsung dan berkembang, seperti menampung pendapat audiensi, masalah-masalah, dan kegiatan program.
  1. Formative vs Summative Evaluation ( Michael Scriven. 1967 )
Evaluasi formatif berfungsi untuk memperbaiki kurikulum sedangkan evaluasi summative berfungsi untuk melihat kemanfaatan kurikulum secara menyeluruh.
  1. Desain Experimental dan Desain Quasi Experimental vs Natural Inquiry)
Desain experimental banyak menggunakan pendekatan kuantitatif, random sampling, memberikan perlakuan, dan mengukur dampak. Tujuanya adalah untuk menilai manfaat hasil percobaan dari suatu kurikulum. Dalam desain evaluasi natural inquiry, evaluator banyak menghabiskan waktu untuk melakukan pengamatan dan wawancara dengan orang-orang yang telibat, juga dapat menggunakan teknik studi dokumentasi.
8. Model Illuminatif ( Malcom Parlett dan Hamilton )
Model ini menekankan pada evaluasi kualitatif terbuka. Kegiatan evaluasi dihubungkan dengan Learning milie, yaitu lingkungan sekolah sebagai lingkungan material dan psiko sosial, diman guru dan peserta didik dapat berinteraksi.Tujuan evaluasi adalah untuk menganalis pelaksanaan sistem, faktor-faktor yang mempengaruhinya, kelebihan dan kekurangan sistem, dan pengaruh sistem terhadap pengalaman belajar peserta didik.
9. Model Responsif
Kelebihan model ini ada peka terhadap berbagai pandangan dan kemampuanya mengakomodasi pendapat yang ambisius serta tidak fokus, sedangkan kekurangnya antara lain: pembuat keputusan sulit menentukan prioritas atau penyederhanaan informasi, tidak bisa menampung semua sudut pandang dari berbagai kelompok, dan membutuhkan waktu dan tenaga yang berlebihan.
10. Model Studi Kasus
Model ini memiliki beberapa karakteristik, antara lain:
  • Terfokus pada kegiatan kurikulum disuatu sekolah, dikelas atau bahkan hanya kepada seorang kepala sekolah atau guru.
  • Tidak mempersoalkan pemilihan sampel.
  • Hasil evaluasi hanya berlaku pada tempat evaluasi itu dilaksanakan.
  • Tidak ada generalisasi hasi evaluasi.
  • Data yang dikumpulkan terutama data kualitatif.
  • Adanya realitas yang tidak sepihak.

BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Evaluasi dan penilaian lebih bersifat komprehensif yang meliputi pengukuran, sedangkan test merupakan sala satu alat atau instrumen pengukuran. Pengukuran menggambarkan hal-hal yang bersifat kuantitatif, sedangkan evaluasi dan penilaian lebih bersifat kualitatif. Evaluasi dan penilaian pada hakikatnya merupakan suatu proses membuat keputusan tentang nilai suatu objek.Keputusan penilaian tidak hanya didasarkan pada hasil pengukuran, tetapi dapat pula didasarkan pada hasil pengamatan dan wawancara. Dalam konteks sistem kurikulum, istilah yang tepat digunakan adalah evaluasi, yaitu evaluasi kurikulum. Dengan demikian evaluasi kurikulum adalah suatu tindakan pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu kurikulum, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu sebagai bentuk akuntabilitas pengembang kurikulum dalam rangka menentukan keefektifan kurikulum, sedangkan penilain hasil belajar adalah suatu kegiatan pengumpulan, pengolahan, penafsiran, informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentuuntuk membuat suatu keputusan.
3.2 SARAN
Evaluasi kurikulum merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan dari rencana pendidikan. Oleh karena itu, team penulis menyarankan kepada:
  • Pemerintah: Agar dalam melaksanakan evaluasi kurikulum benar-benar berdasarkan situasi dan kondisi yang dihadapi guru,dosen,peserta didik dan masyarakat.
  • Bagi Guru & dosen agar lebih kreatif, efektif dan efisien memahami kurikulum secara detail dan dalam pelaksanaan tidak menyimpang dari tujuan evaluasi kurikulum.
  • Bagi masyarakat untuk selalu mendukung demi kemajuan dalam bidang pendidikan di Indonesia


DAFTAR PUSTAKA
Arifin Zainal, (2011) Konsep dan Model pengembangan Kurikulum, Bandung: Rosda
Munthe Bermawi, (2009 ) Desain Pembelajaran, Jogjakarta: Pustaka Insan Madani.
Lindeman, M ( 2007) Program evaluation. (www.tedi.uq.edu.a.u/conference) diakses
15 Nov.2011/ 11.55






BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Dalam Pengembangan kurikulum, evaluasi merupakan salah satu komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh pelaku pendidikan untuk mengetahui keefektifan kurikulum. Hasil yang diperoleh dapat dijadikan balikan (Feed back) bagi segenap pelaku pendidikan dalam memperbaiki dan menyempurnakan kurikulum.
Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan. Tujuan dan pola kehidupan suatu negara banyak ditentukan oleh sistem kurikulum yang digunakanya, mulai dari kurikulum Taman Kanak-Kanak sampai dengan kurikulum Perguruan Tinngi. Jika terjadi perubahan sistem ketatanegaraan, maka dapat berakibat padaperubahan sistem pemerintahan dan sistem pendidikan,bahkan sistem kurikulum yang berlaku.
Kurikulum adalah soal pilihan( Curriculum is a matter of choice ). Pilihan itu biasanya dilakukan oleh pemerintah .Pendidikan dan kurikulum di Indonesia, sejak dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi, baik formal, nonformal, maupun informal harus diarahkan dan disesuaikan dengan visi, misi, dan tujuan pendidkan Nasional yang tertua dalam UU. RI.NO 20 tahun 2003. Kurikulum pun harus dinamis, artinya kurikulum selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, tingkat kecerdasan peserta didik, kultur, sistem nilai, serta kebutuhan masyarakat.
Oleh sebab itu, para pengembang kurikulum termasuk guru harus memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang hal tersebut. Kurikulum harus selalu dimonitoring dan dievaluasi untuk perbaikan dan penyempurnaan. Setiap kali melakukan perbaikan dan penyempurnaan kurikulum belum tentu akan menghasilkan sesuatu yang baik karena kurikulum itu bersifat hipotesis.Maksudnya, baik tidaknya kurikulum akan dapat diketahui setelah dilaksanakan dilapangan. Perbaikan kurikulum diperlukan agar tidak lapuk ketinggalan zaman.Dalam hai ini, evaluasi kurikulum mutlak dilakukan demi kemajuan dan perkembangan kurikulum tersebut. Evaluasi kurikulum merupakan suatu tindakan pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu kurikulum, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu.
Dilihat dari berbagai konsep kurikulum, maka evaluasi mempunyai kedudukan yang sangat penting dan strategis. Dalam pengembangan kurikulum, evaluasi merupakan konsep yang melekat pada kurikulum. Evaluasi merupakan bagian integral dari kurikulum itu sendiri. Bagaimana mungkin suatu kurikulum dapat diketahui efektifitasnya bila tidak dilakukan evaluasi.


1.2 RUMUSAN MASALAH
Dalam penulisan makalah ini, team penulis merumuskan beberapa masalah yang berkaitan erat dengan judul yang digarap. Adapun beberapa rumusan masalah tersebut yaitu:
1. Apa itu pengertian Evaluasi Kurikulum?
2. Bagaimana Kedudukan Evaluasi dalam Kurikulum?
3.Apa Tujuan dan Fungsi Evaluasi Kurikulum?
4. Apa sajakah objek Evaluasi Kurikulum?
5. Bagaimankah Prinsip, jenis, dan desain Evaluasi Kurikulum?
6. Bagaimana Pendekatan Pengembangan Kriteria Evaluasi?
7. Apa sajakah model-model Evaluasi Kurikulum?
1.3 TUJUAN
Adapun beberapa tujuan dari penulisan makalah ini:
1. Untuk mengetahui Evaluasi Kurikulum.
2. Untuk mengetahui Kedudukan Evaluasi dalam Kurikulum,
3 Untuk mengetahui Tujuan dan Fungsi Evaluasi Kurikulum.
4. Untuk mengetahui objek Evaluasi Kurikulum.
5. Untuk mengetahui Prinsip, jenis, dan desain Evaluasi Kurikulum.
6. Untuk mengetahui Pendekatan Pengembangan Kriteria Evaluasi.
7. Untuk mengetahui model-model Evaluasi Kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam Bab ini team Penulis akan memaparkan beberapa teori serta masalah-masalah yang telah dirumuskan pada bab terdahulu.
2.1 PENGERTIAN EVALUASI KURIKULUM
Pemahaman mengenai pengertian evaluasi kurikulum dapat berbeda-beda sesuai dengan pengertian kurikulum yang bervariasi menurut para pakar kurikulum. Oleh karena itu penulis mencoba menjabarkan definisi dari evaluasi dan definisi dari kurikulum secara per kata sehingga lebih mudah untuk memahami evaluasi kurikulum.Pengertian evaluasi menurut joint committee, 1981 ialah penelitian yang sistematik atau yang teratur tentang manfaat atau guna beberapa obyek. Purwanto dan Atwi Suparman, 1999 mendefinisikan evaluasi adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliabel untuk membuat keputusan tentang suatu program. Rutman and Mowbray 1983 mendefinisikan evaluasi adalah penggunaan metode ilmiah untuk menilai implementasi dan outcomes suatu program yang berguna untuk proses membuat keputusan. Chelimsky 1989 mendefinisikan evaluasi adalah suatu metode penelitian yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program. Dari definisi evaluasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program.
Evaluasi Dan Kurikulum Merupakan 2 Disiplin Ilmu yang Berdiri Sendiri,Ada Pihak Yang Berpendapat Antara Keduanya Tidak Ada Hubungan,Tetapi Ada Pihak Lain Yang Menyatakan Keduanya Mempunyai Hubungan Yang Sangat Erat.Hubungan Tersebut Merpakan Hubungan Sebab Akibat,Perubahan Dalam Kurikulum Berpengaruh Pada Evaluasi Kurikulum,Sebaliknya Perubahan Evaluasi Perubahan Evaluasi Akan Memberi Warna Pada Pelaksanaan Kurikulum,Hubungan Antara Evaluasi Dengan Kurikulum Bersifat Organis Dan Prosesnya Berlangsung Secara Evolusioner.
R.A Becher,Seorang Ahli Pendidikan Dari Universitas Sussex Inggris Menyatakan Tiap Program Pengembangan Kurikulum Mempunyai Style Dan Karakteristik Tertentu, Dan Evaluasi Dari Program Tersebut Akan Memperhatikan Style Dan Karakteristik Yang Sama Pula ,Seorang Evaluator Akan Menyusun Program Evaluasi Kurikulum Sesuai Dengan Style Dan Karakteristik Yang Dikembangkannya.
Luas Atau Sempitnya Suatu Suatu Program Evaluasi Kurikulum Sebenarnya Ditentukan Oleh Tujuannya.Doll ( 1976 ) Mengemukakan Syarat-Syarat Suatu Program Evaluasi Kurikulum Yaitu Suatu Evaluasi Kurikulum Harus Nilai Dan Penilaian ,Punya Tujuan Atau Sasaran Yang Jelas,Bersifat Menyeluruh Dan Terus Menerus Berfungsi Diagnostik Dan Tevintegrasi.
Evaluasi Kurikulum Juga Bervariasi,Bergantung Pada Dimensi-Dimensi Yang Menjadi Fokus Evaluasi,Salah Satu Dimensi Yang Sering Mendapat Sorotan Adalah Kuantitas Dan Kualitas Konsep Kurikulum
Kurikulum Merupakan Daerah Studi Intelek Yang Cukup Luas.Banyak Teori Tentang Kurikulum,Beberapa Teori Menekankan Pada Rencana,Yang Lainnya Pada Inovasi Pada Dasar-Dasar Filosofis Dan Pada Konsep-Konsep Yang Diambil Dari Ilmu Prilaku Manusia.Secara Sederhana Kurikulum Dapat Diklasifikasikan Atas Teori -Teori Yang Lebih Menekankan Pada Isi Kurikulum,Pada Situasi Pendidikan Serta Pada Organisasi Kurikulum


Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran (out- comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran. Perencanaan tersebut disusun secara terstruktur untuk suatu bidang studi, sehingga memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan strategi pembelajaran (Materi di dalam kurikulum harus diorganisasikan dengan baik agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai;e. Sedangkan menurut Harsono (2005), kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang diekpresikan dalam praktik. Dalam bahasa latin, kurikulum berarti track atau jalur pacu. Saat ini definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi juga termasuk seluruh program pembelajaran yang terencana dari suatu institusi pendidikan.
Evaluasi kurikulum ini dapat mencakup keseluruhan kurikulum atau masing-masing komponen kurikulum seperti tujuan, isi, atau metode pembelajaran yang ada dalam kurikulum tersebut.Secara sederhana evaluasi kurikulum dapat disamakan dengan penelitian karena evaluasi kurikulum menggunakan penelitian yang sistematik, menerapkan prosedur ilmiah dan metode penelitian. Perbedaan antara evaluasi dan penelitian terletak pada tujuannya. Evaluasi bertujuan untuk menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk bahan penentuan keputusan mengenai kurikulum apakah akan direvisi atau diganti. Sedangkan penelitian memiliki tujuan yang lebih luas dari evaluasi yaitu menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk menguji teori atau membuat teori baru.
Fokus evaluasi kurikulum dapat dilakukan pada outcome dari kurikulum tersebut (outcomes based evaluation) dan juga dapat pada komponen kurikulum tersebut (intrinsic evaluation). Outcomes based evaluation merupakan fokus evaluasi kurikulum yang paling sering dilakukan. Pertanyaan yang muncul pada jenis evaluasi ini adalah “apakah kurikulum telah mencapai tujuan yang harus dicapainya?” dan “bagaimanakah pengaruh kurikulum terhadap suatu pencapaian yang diinginkan?”. Sedangkan fokus evaluasi intrinsic evaluation seperti evaluasi sarana prasarana penunjang kurikulum, evaluasi sumber daya manusia untuk menunjang kurikulum dan karakteristik mahasiswa yang menjalankan kurikulum tersebut.
Dari pengertian evaluasi dan kurikulum di atas maka penulis menyimpulkan bahwa pengertian evaluasi kurikulum adalah penelitian yang sistematik tentang manfaat, kesesuaian efektifitas dan efisiensi dari kurikulum yang diterapkan. Atau evaluasi kurikulum adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliable untuk membuat keputusan tentang kurikulum yang sedang berjalan atau telah dijalankan.

2.2 KEDUDUKAN EVALUASI DALAM KURIKULUM
Dilihat dari berbagai konsep kurikulum, maka evakuasi mempunyai kedudkan yang sanagt penting dan strategis. Evaluasi merupakan bagian integral dari kurikulum. Kedudukan evaluasi dalam kurikulum dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain:
2.2.1 Kurikulum adalah suatu program
Ciri suatu program adalah sistematik, sistemik, dan terrencana. Sistematik artinya keteraturan, yaitu kurikulum harus dilakukan dengan urutan langkah-langkah tertentu, mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi. Di dalam kurikulum terdapat berbagai komponen, antara lain tujuan, isi atau materi, metode, media, sumber belajar, evaluasi, peserta didik, lingkungan dan guru yang saling berhubungan dan ketergantungan satu sama lain serta berlangsung secara terencana, rasional, dan objektif. Suatu program terdiri atas serangkaian tindakan atau kejadian yang telah direncanakan dan disusun melalui proses pemikiran yang matang. Perncanaan kurikulum merupakan langkah pertama yang harus dilakukan dalam pengembangan kurikulum, kemudian dilaksanakan dalam situasi nyata.Untuk mengetahui kesesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan kurikulum, maka harus dilakukan evaluasi.
2.2.2 Guru sebagai Pengembang Kurikulum Perlu mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem kurikulum.
Ketika peserta didik selesai mengikuti kegiatan kurikulum, tentu mereka ingin mengetahui sejauh mana hasil yang dicapai. Untuk itu, guru harus melakukan kegiatan evaluasi . Dalam kurikulum terdapat proses sebab akibat. Guru yang me nyampaikan isi kurikulum merupakan penyebab utama bagi terjadinya prosses belajar peserta didik, meskipun tidak setia perbuatan belajar peserta didik merupakan akibat perbuatan guru menyampaikan isi kurikulum. Oleh Karena itu,guru sebagai figur sentral harus dapat memilih isi dan menetapkan strategi pengembangan kurikulum yang tepat sehingga dapat mendorong perbuatan belajar peserta didik yang aktif, kreatif, konstruktif, produktif, inovatif, dan efektif.
Dalam pengembangan kurikulum, guru akan melakukan kegiatan evaluasi, termasuk menilai proses dan hasil belajar yang berupa dampak pembelajaran. Peran peserta didik adalah melakukan kegiatan belajar, mencapai hasil belajar, dan menggunakan hasil belajar yang digolongkan sebagai dampak pengiring. Jika kegiatan kurikulum berakhir, berarti peserta didik memperoleh hasil belajar yang merupakan hasil interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Tindak mengajar tersebut tentu diakhiri dengan kegiatan evaluasi. Dari sisi peserta didik, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar merupakan dampak tindakan guru, sebagai bentuk penguasaan kompetensi. Hasil belajar tersebut dapat dibedakan menjadi dampak pembelajaran dan dampak pengiring. Dampak pembelajaran adalah hasil yang dapat di ukur, seperti yang terlihat dalam buku raport dan ijazah. Dampak pengiring adalah penerapan kompetensi dibidang lain yang merupakan transfer of learning. Dengan demikian, kedudukan evaluasi dapat dilihat sebagai salah satu komponen penting dalam sistem kurikulum bahkan sebagai salah satu prinsip kurikulum.
2.3 TUJUAN DAN FUNGSI EVALUASI KURIKULUM
2.3.1 Tujuan Evaluasi.
Tujuan Evaluasi kurikulum adalah untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem kurikulum, baik yang menyangkut tentang tujuan, isi atau materi, strategi, media, sumber belajar, lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri.
Evaluasi banyak digunakan dlam berbagai bidang dan kegiatan. Setiap bidang atau kegiatan mempunyai tujuan evaluasi yang berbeda.Dalam kegiatan bimbingan, misalnya, tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh informasi secara menyeleruh mengenai karakterisik peserta didik sehingga dapat diberikan bimbingan dengan sebaik-baiknya. Begitu juga dalam kegiatan supervisi, tujuan evaluasi adalah untuk menentukan keadaan situasi pendidikan atau pembelajaran sehingga dapat diusahkan langkah-langkah perbaikan untuk meningkatan mutu pendidikan di sekolah. Dalam kegiatan seleksi, tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai dari test untuk jenis pekerjaan atau jabatan tertentu.
2.3.2 Fungsi Evaluasi
Menurut Zainal Arifin (2009), fungsi Evaluasi dapat dilihat dari kebutuhan peserta didik dan guru, yaitu:
1. Secara Psikologis, peserta didik selalu butuh untuk mengetahui hingga mana kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Mereka masih menpunyai sikap dan moral yang heteronom, membutuhkan pendapat orang-orang dewasa sebagai pedoman baginya untuk mengadakan orientasi pada situasi tertentu.Pada umumnya mereka tidak berpegang pada pedoman yang berasal dari dalam dirinya, melainkan mengacu pada norma-norma yang berasal dari luar dirinya. Dalam kegiatan kurikulum, peserta didik perlu mengetahui tingkat ketercapaian sehingga ia merasakan kepuasan dan ketenangan
2. Secara Sosiologis, evaluasi berfungsi untuk mengetahui apakah peserta didik sudah cukup mampu untuk terjun ke masyarakat. Mampu dalam arti bahwa peserta didik dapat berkomunikasi dan beradaptasi terhadap seluruh lapisan masyarakat dengan segala karakteristiknya, bahkan peserta didik diharapkan dapat membina dan mengembangkan semua potensi yang ada dalam masyarakat. Hal ini penting karena mampu tidaknya peserta didik terjun ke masyarakat akan memberikan ukuran tersendiri terhadap institusi pendidikan yang bersangkutan
3. Secara didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam menempatkan peserta didik kepada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan kecakapanya masing-masing serta membantu guru dalam usaha memperbaiki kurikulum.
4. Evaluasi berfungsi untuk mengetahui status peserta didik diantara teman-temannya, apakah ia termasuk anak yang pandai, sedang atau kurang pandai.
5. Evaluasi berfungsi untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam menempuh program pendidikanya.
6. Evaluasi berfungsi membantu guru dalam memberikan bimbingan dan seleksi, baik dalam rangka menentukan jenis pendidikan, jurusan, maupun kenaikan kelas.
7. Secara Administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang kemajuan peserta didik kepada orangtua, pejabat pemerintah yang berwenang, kepala sekolah, guru dan peserta didik itu sendiri.
2.4 OBJEK EVALUASI KURIKULUM
Objek evaluasi harus berhubungan dengan kegiatan nyata dan telah terjadi karena tidak mungkin orang melakukan evaluasi terhadap sessuatu yang masih dalam pikiran teoretis atau angan-angan, kecuali orang tesebut melakukan penelitian. Objek evaluasi harus bertitik tolak dari tujuan evaluasi itu sendiri. Adapun Objek evaluasi pembelajaran adalah sebagai berikut:


1. Program pembelajaran, yang meliputi:
  • Tujuan pembelajaran umum atau kompetensi dasar, yaitu target yang harus dikuasai peserta didik dalam setiap pokok bahasan atau topic.
  • Materi, yaitu berupa topic atau pokok bahasan dan sub topic atau sub pokok bahasan beserta perincian dalam setiap bidang study atau mata pelajaran.
  • Metode pembelajaran: yaitu cara menyampaikan materi pelajaran, seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, pemecahan masalah, dan metode-metode lainya.
  • Media pembelajaran, yaitu alat-alat yang membantu untuk mempermudah guru dalam menyampaikan isi atau materi pelajaran.
  • Sumber belajar, yaitu meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar.
  • Lingkungan, terutama lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga.
  • Penilaian proses dan hasil belajar, baik yang menggunakan test maupun non-test
2. Proses pelaksanaan Pembelajaran, yang meliputi:
  • Kegiatan, yang meliputi jenis kegiatan, prosedur pelaksanaan setiap jenis kegiatan, sarana pendukung, efektifitas dan efisiensi.
  • Guru, terutama dalam hal menyampaikan materi, kesulitan-kesulitan guru, menciptakan suasan pembelajaran yang kondusif, menyiapkan alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan, membimbing peserta didik, menggunakan teknik penilaian, menerpakan disiplin kelas.
  • Peserta didik, terutama dalam hal peran serta peserta didik dalam kegiatan belajar dan bimbingan, memahami jenis kegiatan, mengerjakan tugas-tugas, perhatian, keaktifan, motivasi, sikap, minat, umpan balik, kesempatan dalam melaksanakan praktik dalam situasi nyata, kesulitan belajar, waktu belajar dan istirahat.
3. Hasil pembelajaran, yang meliputi:
  • Hasi pembelajaran dalam jangka pendek ( sesuai pencapaian indikator)
  • Hasil pembelajaran Jangka menengah( sesuai dengan target untuk setiap bidang studi/mata pelajaran)
  • Hasi pembelajaran jangka panjang ( setelah peserta didik terjun ke masyarakat)

2.5 PRINSIP, JENIS, DAN DESAIN EVALUASI KURIKULUM
2.5.1 Prinsip Evaluasi Kurikulum
Untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, maka evaluasi kurikulum harus memperhatikan prinsip – prinsip umum sebagai berikut:
  • Continuitas, artinya evaluasi tidak boleh dilakukan secara insidental karena kurikulum itu sendiri adalah suatu proses yang kontinu.
  • Comprehensif, artinya objek evaluasi harus diambil secara menyeleruh sebagai bahan evaluasi.
  • Adil dan Objektif, artinya proses evaluasi dan pengambilan keputusan hasil evaluasi harus dilakukan secara adil.
  • Cooperataif, artinya kegiatan evaluasi harus dilakukan atas kerja sama dengan semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan.
2.5.2 Jenis-jenis Evaluasi Kurikulum
Dillihat dari kurikulum sebagai suatu program, maka jenis evaluasi dapat dibagi menjadi lima jenis, yaitu:
  • Evaluasi perencanaan dan Pengembangan,
Hasil evaluasi ini sangat diperlukan untuk mendesain kurikulum. Sasaran utamanya adalah memberikan bantuan tahap awal dalam penyusunan kurikulum. Persoalan yang disoroti menyangkut kelayakan dan kebutuhan.
  • Evaluasi Monitoring, Evaluasi ini dimaksudkan untuk memeriksa apakah kurikulum mencapai sasaran secara efektif, dan apakah kurikulum terlaksana sebagaimana mestinya.
  • Evaluasi Dampak, evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh suatu kurikulum.
  • Evaluasi Efisiensi Ekonomis, evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai tingkat efisiensi kurikulum. Untuk itu, diperlukan perbandingan antara jumlah biaya, tenaga dan waktu yang diperlukan dalam kurikulum dengan kurikulum lainya yang memiliki tujuan yang sama.
  • Evaluasi program Comprehensif, evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai kurikulum secara menyeluruh, mulai dari perncanaan, pengembangan, implementasi, dampak, serta tingkat keefektifan dan efisiensi.
2.5.3 Desain Evaluasi Kurikulum.
Menurut OemarHamalik ( 2008 ), Desain evaluasi kurikulum meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
  1. Penetapan Garis Besar Penilaian.
  • Identifikasi tingkat perbuatan keputusan.
  • Menetapkan situasi keputusan bagi masing-masing tingkat kurikulum.
  • Merumuskan kriteria bagi setiap situasi dengan cara merinci variabel pengukuran dan standar dalam mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan.
  • Merumuskan kebijaksanaan untuk pelaksanaa evaluasi.
2. Pengumpulan Informasi,
  • Merinci sumber-sumber informasi.
  • Merinci instrumen dan metode pengumpulan informasi.
  • Merinci prosedur sampel
  • Merinci kondisi dan jadwal pengumpulan informasi
3. Organisasi Informasi,
  • Merinci format informasi
  • Merinci alat untuk penyusunan, penyimpanan, dan retrieving informasi.
4. Analisa Informasi,
  • Merinci prosedur analisis
  • Merinci alat untuk melaksanakan analisis
5. Laporan Informasi,
  • Menentukan penerima laporan
  • Meerinci alat untuk menyampaikan informasi
  • Merinci format laporan
  • Menetapkan jadwal pelaporan informasi

2.6 PENDEKATAN PENGEMBANGAN KRITERIA EVALUASI
Ada 2 Landasan pokok dalam pendekatan pengembangan kriteria evaluasi kurikulum, yaitu keterkaitan antara evaluasi dengan kurikulum itu sendiri, waktu ketika kriteria untuk evaluasi tersebut dikembangkan. Berdasarkan pemikiran diatas dan setelah dilakukan penyesuain dalam bidang evaluasi, S. Hamid Hasan dalam Zainal Arifin (2009), mengembangkan 4 kelompok pengembangan kriteria evaluasi yaitu:
2.6.1 Pendekatan Pre-Ordinate
Pengembangan kriteria ini banyak digunakan untuk kurikulum sebagai hasi belajar maupun kurikulum sebagai kegiatan. Jika evaluator ingin menggunakan pendekatan ini, maka harus diteliti terlebih dahulu karakteristik alat evaluasi yang ada tersebut dan membandingkannya dengan karakteristik kurikulum yang akan dievaluasinya
2.6.2 Pendekatan Fidelity
Pendekatan ini tidak menggunakan kriteria yang bersifat umum. Kriteria yang dikembangkan berasal dari kurikulum itu sendiri. Untuk menggunakan pendekatan ini, maka evaluator harus mengembangkan kriteri berdasarkan pressepsi para pengembang kurikulum. Kelemahan pendekatan ini antara lain:
  • Evaluasi tidak dapat membandingkan dua kurikulum atau lebih.
  • Tidak memberikan kemungkinan membandingkan dua kurikulum sama sekali
Sedangkan keuntunganya adalah,
  • Dapat digunakan untuk membandingkan kurikulum sebagai kegiatan di dua atau lebih tempat yang berbeda,
  • Hasil evaluasi benar-benar dapat menggambarkan kurikulum itu sendiri.
  • Informasi yang dikumpulkan oleh evaluator langsung dapat dipergunakan oleh para pengambil keputusan.
2.6.3 Pendekatan Gabungan
Evaluasi dengan pendekataan ini menggunakan sumber gabungan, yaitu suatu kriteria baik yang dikembangkan dari karakteristik kurikulum maupun dari luar. Berdasarkan pendekatan ini keberhasilan suatu implentasi kurikulum diukur menurut:
  • Keberhasilan mereka yang terlibat dalam pengembangan kurikulum.
  • Perubahan perliku baik dalam jenis maupun dalam besarnya yang terjadi pada para guru dan pelaksana administratif sebagaimana dinyatakan oleh para pengembang kurikulum.
  • Fidelity implementasi yang menyatakan seberapa jauh kurikulum sebagai rencana telah dilaksanakan dalam bentuk kurikulum sebagai kegiatan.
2.6.4 Pendekatan proses
Dalam aplikasi evaluasi kurikulum, pendekatan proses dapat dikatakan masih relatif baru jika dibandingkan dengan dua pendekatan linya (Pre-ordinate dan Fidelity). Karakteristik pendekatan proses, antar lain:
  • Kriteria yang dipergunakan untuk evaluasi tidak dikembangkan sebelum evaluator berada di lapangan.
  • Sangat peduli dengan masalah yang dihadapi oleh para pelaksana kurikulum di lapangan.
  • Sangat terkenal dengan penggunaan studi kasus untuk mendekati lapangan.
Mengembangkan kriteria di lapangan membuat tugas evaluator menjadi sangat berat karena:
  • Harus sensitif terhadap apa yang terjadi di lapangan
  • Harus banyak berdialog dengan orang-orang terlibat dalam kurikulum
  • Harus menjadi pengamat yang tajam mengenai kenyataan-kenyataan tidak pernah dipikirkan sebelumya
  • Harus menjadi “instrumen hidup” (Evaluator sebagai instrument)
2.7 MODEL –MODEL EVALUASI KURIKULUM
Dalam studi tentang evaluasi banyak sekali dijumpai model-model evaluasi dengan format atau sistematika yang berbeda, sekalipun dalam beberapa model ada juga yang sama. Zainal Arifin (2009) mengelompokan 10 model evaluasi yaitu:
1. Model Tyler
Model ini dibangun atas dua dasar pemikiran. Pertama, evaluasi ditujuhkan pada tingkah laku peserta didik. Kedua, evaluasi harus dilakukan pada tingka laku awal peserta didik sebelum melaksanakan kurikulum dan sesudah melaksanakan kurikulum ( hasil ). Penggunaan model ini memerlukan informasi perubahan tingkah laku terutama pada saat sebelum dan sesudah terjadinya pelaksanaan kurikulum atau istilah lain adalah test awal atau pre-test dan test akhir atau post-test. Model ini mensyaratkan validitas informasi pada test akhir.
2. Model Yang berorientasi pada Tujuan
Model ini dapat membantu guru menjelaskan rencana pelaksanaan kegiatan suatu kurikulum dengan proses pencapaian tujuan. Kelebihan model ini terletak pada hubungan antara tujuan dan kegiatan dan menekankan pada peserta didik sebagai aspek penting dalam kurikulum. Kekuranganya adalah memungkinkan terjadinya proses evaluasi melebihi konsekuensi yang tidak diharapkan.
3. Model Pengukuran ( R. Thorndike dan R.L Ebel )
Model ini digunakan untuk menentukan kuantitas suatu sifat tertentu yang dimiliki oleh objek, orang maupun peristiwa, dalam bentuk unit ukuran tertentu. Model ini telah diterapkan untuk mengungkapan perbedaan-perbedaan individual maupun kelompok dalam hal kemampuan, minat, dan sikap. Hasil evaluasi digunakan untuk keperluan seleksi peserta didik, bimbingan, dan perencanaan pendidikan.
4. Model Kesesuaian ( Ralph W. Tyler, Jhon B. Carrol, Lee J. Cronbach)
Model ini memandang evaluasi sebagai suatu kegiatan untuk melihat kesesuaian antara tujuan dengan hasil belajar yang telah dicapai. Hasil evaluasi telah digunakan untuk menyempurnakan sistem bimbingan peserta didik dan untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak yang memerlukan. Model ini menekankan pada pendekatan penilaian acuan patokan.
5. Model Evaluasi Sistem Pendidikan
Model ini menekankan sistem sebagai suatu keseluruhan dan merupakan penggabungan dari beberapa model seperti: model countenance dari staker, model CIPP ( Context, input, Process, Product) dan CDPP yaitu ( Context, Desaign, Process, Product) dari Stufflebeam; model Scriven yang meliputi instrumental evaluation and consequential evaluation; model provus yang meliputi desaign, operation program, interim product, dan terminal products, model EPICS ( Evaluative innovative curriculum), model CAMREL ( Central Midwestern regional educational laboratory) dari Howard Russel dan Lous Smith; dan model Atkinson.
6. Model Alkin ( Marvin Alkin, 1969)
Alkin mengemukan ada 5 jenis evaluasi: Pertama, sistem assesment yaitu untuk memberikan informasi tentang keadaaan atau posisi dari suatu sistem. Kedua, Program planning, yaitu untuk membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhan program. Ketiga, Program implementation yaitu untuk menyiapkan informasi apakah suatu program sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat sebagaimana yang telah direncanakan. Keempat, program improvement, yaitu memberikan informasi tentang bagaiman suatu program dapat berfungsi. Kelima, program Certification, yaitu memberikan informasi tentang nilai atau manfaat suatu program.
7. Model Brinkerhoff
Robert O. Brinkerhoff ( 1987 ) mengemukakan tiga jenis evaluasi yaitu:
  1. Fixed vs Emergent Evaluation Desaign
Evaluasi in ( fixed ) harus direncanakan dan disusun secara sistematik sebelum program dilaksanakan. Kegiatan- kegiatan evaluasi yang dilakukan dalam desain tetap ini antara lain menyusun pertanyaan-pertanyaan, instrument, menganalisis hasil evaluasi, dan melaporkanya secara formal kepada pihak yang berkepentingan.Sedangkan dalam desain evaluasi emergent, tujuannya adalah untuk beradaptasi dengan situasi yang sedang berlangsung dan berkembang, seperti menampung pendapat audiensi, masalah-masalah, dan kegiatan program.
  1. Formative vs Summative Evaluation ( Michael Scriven. 1967 )
Evaluasi formatif berfungsi untuk memperbaiki kurikulum sedangkan evaluasi summative berfungsi untuk melihat kemanfaatan kurikulum secara menyeluruh.
  1. Desain Experimental dan Desain Quasi Experimental vs Natural Inquiry)
Desain experimental banyak menggunakan pendekatan kuantitatif, random sampling, memberikan perlakuan, dan mengukur dampak. Tujuanya adalah untuk menilai manfaat hasil percobaan dari suatu kurikulum. Dalam desain evaluasi natural inquiry, evaluator banyak menghabiskan waktu untuk melakukan pengamatan dan wawancara dengan orang-orang yang telibat, juga dapat menggunakan teknik studi dokumentasi.
8. Model Illuminatif ( Malcom Parlett dan Hamilton )
Model ini menekankan pada evaluasi kualitatif terbuka. Kegiatan evaluasi dihubungkan dengan Learning milie, yaitu lingkungan sekolah sebagai lingkungan material dan psiko sosial, diman guru dan peserta didik dapat berinteraksi.Tujuan evaluasi adalah untuk menganalis pelaksanaan sistem, faktor-faktor yang mempengaruhinya, kelebihan dan kekurangan sistem, dan pengaruh sistem terhadap pengalaman belajar peserta didik.
9. Model Responsif
Kelebihan model ini ada peka terhadap berbagai pandangan dan kemampuanya mengakomodasi pendapat yang ambisius serta tidak fokus, sedangkan kekurangnya antara lain: pembuat keputusan sulit menentukan prioritas atau penyederhanaan informasi, tidak bisa menampung semua sudut pandang dari berbagai kelompok, dan membutuhkan waktu dan tenaga yang berlebihan.
10. Model Studi Kasus
Model ini memiliki beberapa karakteristik, antara lain:
  • Terfokus pada kegiatan kurikulum disuatu sekolah, dikelas atau bahkan hanya kepada seorang kepala sekolah atau guru.
  • Tidak mempersoalkan pemilihan sampel.
  • Hasil evaluasi hanya berlaku pada tempat evaluasi itu dilaksanakan.
  • Tidak ada generalisasi hasi evaluasi.
  • Data yang dikumpulkan terutama data kualitatif.
  • Adanya realitas yang tidak sepihak.

BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Evaluasi dan penilaian lebih bersifat komprehensif yang meliputi pengukuran, sedangkan test merupakan sala satu alat atau instrumen pengukuran. Pengukuran menggambarkan hal-hal yang bersifat kuantitatif, sedangkan evaluasi dan penilaian lebih bersifat kualitatif. Evaluasi dan penilaian pada hakikatnya merupakan suatu proses membuat keputusan tentang nilai suatu objek.Keputusan penilaian tidak hanya didasarkan pada hasil pengukuran, tetapi dapat pula didasarkan pada hasil pengamatan dan wawancara. Dalam konteks sistem kurikulum, istilah yang tepat digunakan adalah evaluasi, yaitu evaluasi kurikulum. Dengan demikian evaluasi kurikulum adalah suatu tindakan pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu kurikulum, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu sebagai bentuk akuntabilitas pengembang kurikulum dalam rangka menentukan keefektifan kurikulum, sedangkan penilain hasil belajar adalah suatu kegiatan pengumpulan, pengolahan, penafsiran, informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentuuntuk membuat suatu keputusan.
3.2 SARAN
Evaluasi kurikulum merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan dari rencana pendidikan. Oleh karena itu, team penulis menyarankan kepada:
  • Pemerintah: Agar dalam melaksanakan evaluasi kurikulum benar-benar berdasarkan situasi dan kondisi yang dihadapi guru,dosen,peserta didik dan masyarakat.
  • Bagi Guru & dosen agar lebih kreatif, efektif dan efisien memahami kurikulum secara detail dan dalam pelaksanaan tidak menyimpang dari tujuan evaluasi kurikulum.
  • Bagi masyarakat untuk selalu mendukung demi kemajuan dalam bidang pendidikan di Indonesia


DAFTAR PUSTAKA
Arifin Zainal, (2011) Konsep dan Model pengembangan Kurikulum, Bandung: Rosda
Munthe Bermawi, (2009 ) Desain Pembelajaran, Jogjakarta: Pustaka Insan Madani.
Lindeman, M ( 2007) Program evaluation. (www.tedi.uq.edu.a.u/conference) diakses
15 Nov.2011/ 11.55






Tidak ada komentar:

Posting Komentar